JAKARTA - Puncak tertinggi di Eropa, Mont Blanc, mengalami penyusutan lebih dari dua meter dalam dua tahun terakhir, menyusut ke level terendah sejak pengukuran akurat dimulai 22 tahun lalu, karena musim panas mengurangi tumpukan salju, kata para peneliti pada Hari Kamis.
Sebuah tim ahli topografi yang melakukan pengukuran setiap dua tahun mengatakan pada konferensi pers di Chamonix, Pegunungan Alpen Prancis, gunung tersebut sekarang memiliki tinggi 4.805,59 meter (15.766 kaki), 2,22 meter lebih rendah dari pengukuran terakhir mereka yaitu 4,807,81 meter (15.773 kaki) pada September 2021.
"Puncak Mont Blanc seperti bukit pasir, bergerak, dan ini bukan pertama kalinya kami mengukur perbedaan ketinggian lebih dari dua meter," terang Cecile Taffin dari serikat surveyor UNGE, dilansir dari Reuters 6 Oktober.
Dia menambahkan, rendahnya tingkat curah hujan tahun ini mungkin disebabkan oleh kurangnya curah hujan dan musim panas yang terik.
Ketika pengukuran akurat satelit GNSS dimulai pada Bulan September 2001, Mont Blanc memiliki ketinggian sekitar 4.010,40 meter.
Antara tahun 2001 dan 2013 ketinggiannya berkisar antara 4.808 dan 4.810 meter dengan rekor 4.810,90 meter pada tahun 2007, namun dari 4.810,02 meter pada tahun 2013, itu berada dalam tren menurun.
Puncak berbatu Mont Blanc mencapai puncaknya pada ketinggian 4.792 meter, namun ketinggian total bergantung pada tumpukan saljunya, yang biasanya meningkat selama musim panas, karena hujan di puncaknya berubah menjadi salju.
Sementara itu, Farouk Kadded dari Leica Geosystems mengatakan, tahun ini, untuk pertama kalinya sejak 2015, ketika para ilmuwan juga memulai pengukuran pada Bulan Juni, tumpukan salju Mont Blanc pada Bulan September hampir tidak berubah dibandingkan Bulan Juni.
Biasanya, puncak Mont Blanc bertambah satu meter pada Bulan Juni hingga September. Namun, hal itu tidak terjadi pada musim panas ini karena beberapa hari suhunya bertambah, bahkan mencapai rekor 10 derajat Celcius, tambahnya.
BACA JUGA:
Para ahli topografi mengatakan, mereka tidak berhak menafsirkan data mereka, bahwa para ahli perubahan iklim akan mengajukan teori untuk menjelaskan fenomena ini.
Sebelum GNSS dengan presisi sentimeternya, para ilmuwan menggunakan GPS, perkiraan trigonometri dan pengukuran barometrik, yang bisa melenceng beberapa meter.
"Sulit dipercaya kita akan pulih beberapa meter dalam dua tahun ke depan. Ada banyak variasi, namun ada sedikit tren penurunan," kata Kadded.