Bela Pengayaan Uranium Iran Tapi Sebut Bukan untuk Senjata, Presiden Raisi: Tanggapan Atas Pelanggaran Komitmen
Presiden Iran Ebrahim Raisi. (Wikimedia Commons/Fars Media Corporation/Ali Abak)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ebrahim Raisi dalam wawancara dengan televisi di Hari Minggu membela kebijakan pengayaan nuklirnya, tetapi menyebut mereka tidak mencari senjata nuklir atau sejenisnya, serta memastikan tidak menolak kehadiran inspektur badan nuklir PBB.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, Presiden Raisi mengatakan Iran tidak mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan inspektur nuklir Badan Energi Atom Internasional (IAEA) berada di negaranya.

Presiden Raisi mengatakan, Iran tidak mempermasalahkan inspeksi pengawas nuklir PBB terhadap situs nuklirnya, beberapa hari setelah Teheran melarang beberapa inspektur yang ditugaskan di negara tersebut.

"Republik Islam Iran tidak mengatakan bahwa kami tidak ingin ada inspektur yang datang ke sini," ujarnya seperti mengutip Reuters 25 September.

Terkait program pengayaan uranium yang dilakukan negaranya hingga mendekati tingkat senjata, Presiden Raisi mengatakan itu sebagai respons terhadap negara-negara Eropa yang tidak memenuhi perjanjian nuklir 2015.

"Pada awalnya, kami tidak mencari tingkat pengayaan 60 persen. Mereka menginjak-injak komitmen mereka," ujar Presiden Raisi, seperti melansir The National News.

"Apa yang dilakukan oleh Republik Islam Iran adalah sebagai tanggapan atas pelanggaran komitmen para penandatangan perjanjian," tandasnya.

Dalam kesempatan tersebut Presiden kembali menegaskan, peningkatan pengayaan uranium Iran bukan persiapan untuk membuat bom atom.

"Kami telah berkali-kali mengumumkan penggunaan senjata nuklir, penggunaan senjata pemusnah massal secara umum, tidak memiliki tempat," tegasnya.

"Mengapa? Karena kami tidak percaya akan hal itu, dan kami juga tidak membutuhkannya," pungkas Presiden Raisi.