Iran Ingin Jaminan Washington dan Penyelidikan Dihentikan untuk Pulihkan Kesepakatan Nuklir 2015, AS: Tidak Masuk Akal
Presiden Iran Ebrahim Raisi di Sidang Majelis Umum PBB 2022. (Twitter/@Iran_GOV)

Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat menilai keinginan Iran akan jaminan dari Washington dan penghentian penyelidikan nuklir, untuk memulihkan Kesepakatan Nuklir 2015 sebagai hal tidak masuk akal.

Iran mengatakan pada Hari Kamis, tidak ada gunanya menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 tanpa jaminan, Amerika Serikat tidak akan menarik diri lagi dan kecuali inspektur AS menutup penyelidikan program atom Teheran.

"Apa gunanya memiliki kesepakatan yang dihidupkan kembali tanpa menjamin jaminan bahwa AS tidak akan melanggar lagi?" ujar Presiden Iran Ebrahim Raisi di Sidang Majelis Umum PBB, melansir Reuters 23 September.

Setelah pertemuan dengan Presiden Raisi Hari Selasa, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, "bola untuk mencapai kesepakatan nuklir dengan Iran sekarang ada di pihak Teheran".

Namun, Presiden Raisi dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, menyalahkan pihak-pihak Eropa dan Amerika Serikat atas kegagalan untuk menghidupkannya kembali.

presiden iran di sidang majelis umum pbb
Presiden Iran Ebrahim Raisi di Sidang Majelis Umum PBB 2022. (Twitter/@Iran_GOV)

"Bagaimana kita bisa memiliki kesepakatan yang langgeng jika penyelidikan ini tidak ditutup? Kita bisa mendapatkan kesepakatan yang bagus jika orang Amerika dan Eropa memenuhi komitmen mereka," sebutnya.

Selain mencari jaminan, Iran menginginkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pengawas nuklir PBB, untuk menghentikan penyelidikan selama bertahun-tahun atas jejak uranium yang tidak dapat dijelaskan, yang ditemukan di tiga situs yang tidak diumumkan di Iran.

Berbicara kepada wartawan, seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS menolak memberi tekanan pada IAEA untuk menutup penyelidikan itu, kecuali Iran memberikan jawaban yang memuaskan.

"Singkatnya, kami telah menabrak tembok karena posisi Iran dan saya pikir posisi mereka sangat tidak masuk akal, dalam hal apa yang mereka minta sehubungan dengan penyelidikan IAEA tentang keberadaan jejak partikel uranium yang tidak dapat dijelaskan," katanya.

"Mereka meminta kami dan negara-negara Eropa untuk menekan IAEA dan direktur jenderalnya untuk menutup penyelidikan ini, sesuatu yang tidak akan kami lakukan," tambah pejabat AS itu.

"Kami menghormati independensi IAEA dan integritas IAEA."

presiden iran di sidang umum pbb
Presiden Iran Ebrahim Raisi di Sidang Majelis Umum PBB 2022. (Twitter/@Iran_GOV)

Resolusi dari apa yang disebut investigasi "pengamanan" sangat penting bagi IAEA, yang berupaya memastikan pihak-pihak dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, tidak secara diam-diam mengalihkan bahan nuklir yang dapat mereka gunakan untuk membuat senjata.

Iran menyangkal ambisi semacam itu. Diketahui, Kesepakatan Nuklir 2015 membatasi aktivitas pengayaan uranium Iran untuk mempersulit Teheran mengembangkan senjata nuklir, dengan imbalan pencabutan sanksi internasional.

Tapi kemudian, Presiden AS ketika itu, Donald Trump, membatalkan kesepakatan pada 2018, dengan mengatakan itu tidak cukup untuk mengekang kegiatan nuklir Iran, program rudal balistik dan pengaruh regional, dan menerapkan kembali sanksi yang telah melumpuhkan ekonomi Iran.

Sebagai tanggapan, Teheran melanggar kesepakatan dengan membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, menyempurnakannya menjadi kemurnian fisil yang lebih tinggi dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.

Sementara, pembicaraan tidak langsung selama berbulan-bulan antara Iran dan Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sempat memiliki pertanda baik pada bulan Maret di Wina, tetapi negosiasi gagal karena hambatan tuntutan Iran.

Presiden Biden tidak dapat memberikan jaminan ketat seperti itu, karena kesepakatan itu adalah pemahaman politik daripada perjanjian yang mengikat secara hukum.