Iran Sebut Amerika Serikat 'Tunda' Pemulihan Kesepakatan Nuklir, Tegaskan Pertukaran Tahanan Tidak Terkait
Reaktor nuklir Arak milik Iran. (Wikimedia Commons/Nanking2012)

Bagikan:

JAKARTA - Iran menuduh Amerika Serikat (AS) pada Hari Senin menunda-nunda dalam pembicaraan tidak langsung, yang bertujuan untuk mengembalikan Kesepakatan Nuklir 2015, menegaskan pertukaran tahanan dengan Washington tidak terkait negosiasi.

Setelah 16 bulan pembicaraan tidak langsung AS-Iran, dengan pejabat Uni Eropa bolak-balik antara kedua pihak, seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan pada 8 Agustus, pihaknya telah menetapkan tawaran 'final' dan mengharapkan tanggapan dalam minggu-minggu berikutnya.

Iran pekan lalu menanggapi proposal Uni Eropa dengan 'pandangan dan pertimbangan tambahan', sambil meminta Washington untuk menunjukkan fleksibilitas guna menyelesaikan tiga masalah yang tersisa. Adapun Amerika Serikat pekan lalu mengatakan sedang mempelajari tanggapan Iran.

"Amerika menunda-nunda dan tidak ada tindakan dari pihak Eropa. Amerika dan Eropa membutuhkan kesepakatan lebih dari Iran," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam konferensi pers, melansir Reuters 22 Agustus.

Lebih jauh Kanaani mengatakan, Teheran menginginkan kesepakatan berkelanjutan yang akan mempertahankan hak sah Teheran.

"Sampai kita menyepakati semua masalah, kita tidak bisa mengatakan kita telah mencapai kesepakatan yang lengkap," tandasnya.

Sementara itu, Amerika Serikat telah berulang kali meminta Teheran untuk membebaskan beberapa warga Iran-Amerika yang ditahan di Iran atas tuduhan keamanan. Sebaliknya, Iran telah menuntut beberapa warga Iran yang ditahan atas tuduhan terkait dengan sanksi AS, juga untuk dibebaskan.

"Kami menekankan, pertukaran tahanan dengan Washington adalah masalah terpisah dan tidak ada hubungannya dengan proses negosiasi untuk menghidupkan kembali pakta 2015," tegas Kanaani, menambahkan bahwa Teheran siap untuk menukar tahanan.

"Kami mencari kesepakatan yang baik yang akan menjamin kepentingan nasional Iran dan akan bertahan lama. Kami tidak akan 'digigit' dua kali," sebut Kanaani.

Diketahui, Kesepakatan Nuklir 2015 yang membatasi program nuklir Teheran, diikuti dengan imbalan pencabutan sanksi.

Namun, AS di bawah Presiden Donald Trump meninggalkan kesepakatan tersebut, menjatuhkan sanksi yang lebih keras terhadap Iran. Ini Dibalas Teheran dengan melanggar kesepakatan tersebut.

Usaha pemulihan sempat menunjukkan jalan terang, setelah pembicaraan tidak langsung selama 11 bulan di Wina pada Maret lalu. Namun, pembicaraan kembali terhenti, lantaran Iran meminta jaminan Washington, tidak ada lagi Presiden AS yang meninggalkan kesepakatan.