JAKARTA - Pemakaman Perang Dunia Pertama di Belgia dan Prancis, perbukitan genosida di Rwanda tahun 1994, dan bekas pusat penyiksaan di Argentina telah dinyatakan sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.
Sebelum keempat lokasi tersebut, kamp konsentrasi Auschwitz-Birkenau di Polandia dan Monumen Perdamaian Hiroshima di Jepang adalah situs peringatan penderitaan kemanusiaan yang dimasukkan dalam daftar Warisan Dunia yang diawasi ketat oleh badan kebudayaan PBB tersebut.
Pada pertemuan Komite Warisan Dunia UNESCO di Riyadh, Arab Saudi, pada Hari Rabu, negara-negara anggota badan tersebut setuju untuk menambahkan situs Perang Dunia Pertama dan Rwanda ke dalam daftar, setelah menambahkan monumen penyiksaan di Argentina pada Hari Selasa.
"Pemeriksaan terhadap ketiga berkas ini menandai tahap baru dalam peran Warisan Dunia dalam skala global," demikian catatan pengarahan UNESCO, melansir Reuters 21 September.
Sebelumnya, pertemuan UNESCO pada tahun 2018 telah menunda penambahan situs peringatan ke dalam daftar, karena badan itu memperdebatkan apakah daftar warisan budaya merupakan alat yang relevan untuk situs kenangan yang terkait dengan kekejaman dan konflik.
Badan tersebut mengatakan, negara-negara anggota sepakat pada awal tahun 2023 bahwa situs-situs tersebut dapat memainkan peran kunci dalam pembangunan perdamaian, yang merupakan tujuan utama UNESCO, bahwa komite akan mempertimbangkan nominasi ketiga situs tersebut.
Situs Perang Dunia Pertama mencakup serangkaian kuburan militer, kuburan medan perang dan tugu peringatan yang terletai di antara Belgia utara dan Prancis timur.
Total ada 139 lokasi yang menelusuri garis besar Front Barat Perang Dunia Pertama dan menyimpan sisa-sisa puluhan ribu tentara dari berbagai negara.
BACA JUGA:
"Pada saat perang kembali terjadi di Eropa, situs-situs ini lebih dari sebelumnya merupakan wujud permohonan perdamaian," kata Menteri Kebudayaan Prancis Rima Abdul-Malak dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, lokasi genosida di Rwanda terdiri dari serangkaian bukit di mana pada tahun 1994 diperkirakan satu juta orang – Tutsi, kemudian termasuk juga orang Hutu dan Twa moderat – dibunuh oleh milisi bersenjata.
Adapun Museum ESMA Argentina, lokasi bekas Sekolah Mekanik Angkatan Laut di Buenos Aires, adalah pusat penahanan rahasia pada masa kediktatoran 1976-1983, yang digunakan untuk menyiksa dan membunuh penentang rezim militer, kata UNESCO.