Pejabat Jerman, AS, Israel hingga Uni Eropa Kritik Pernyataan Presiden Palestina Mengenai Holocaust
Presiden Palestina Mahmoud Abbas. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Pejabat dari Israel, Jerman, Amerika Serikat hingga Uni Eropa ramai-ramai mengkritik komentar Presiden Palestina Mahmoud Abbas terkait Yahudi dan Holocaust Nazi.

Presiden Abbas mengatakan, Adolf Hitler memerintahkan pembunuhan massal orang-orang Yahudi karena "peran sosial" mereka sebagai rentenir, bukan karena permusuhan terhadap Yudaisme.

Ini membuat banyak pihak menyampaikan kritik, mulai dari pejabat negara hingga lembaga, seperti Duta Besar Israel untuk PBB yang menuduhnya melakukan "antisemitisme murni".

"Sejarahnya jelas. Jutaan nyawa telah musnah – hal ini tidak dapat direlatifkan," kata misi Jerman di Ramallah, seperti dilansir dari BBC 8 September.

"Kami berusaha untuk mempromosikan kenangan yang bermartabat dan akurat tentang para korban," lanjutnya.

Duta Besar Jerman untuk Israel Steffen Seibert, menambahkan: "Orang-orang Palestina berhak mendengar kebenaran sejarah dari pemimpin mereka, bukan distorsi seperti itu."

Hitler dikatakan menggunakan orang-orang Yahudi sebagai kambing hitam atas 'penyakit' Jerman. Ia juga menganggap mereka sebagai ras inferior yang harus dimusnahkan.

Pidato Presiden Abbas di hadapan Dewan Revolusi Fatah disampaikan bulan lalu dan kemudian disiarkan di TV Palestina. Pernyataannya kemudian diterjemahkan dan dipublikasikan oleh Middle East Media Research Institute pada Hari Rabu.

"Mereka mengatakan Hitler membunuh orang-orang Yahudi karena mereka Yahudi, dan bahwa Eropa membenci orang-orang Yahudi karena mereka Yahudi. Tidak. Dijelaskan dengan jelas, mereka memerangi mereka karena peran sosial mereka dan bukan agama mereka," kata Presiden Abbas.

Belakangan, dia menjelaskan bahwa yang dia maksud adalah peran orang Yahudi yang melibatkan "riba, uang, dan sebagainya".

Abbas juga menghidupkan kembali teori sejarah yang telah lama ditinggalkan, Yahudi Ashkenazi Eropa bukanlah keturunan Israel kuno, melainkan keturunan dari abad ke-8 yang berpindah agama ke Yudaisme di antara Suku Khazar, suku Turki yang nomaden.

"Kebenaran yang harus kita sebarkan ke dunia adalah bahwa Yahudi Eropa bukanlah orang Semit. Mereka tidak ada hubungannya dengan Semitisme," katanya.

"Adapun Yahudi Timur, mereka adalah orang Semit," tambahnya, mengacu pada Yahudi Sephardic dari Timur Tengah yang lebih luas.

Isi pidato terbaru itu dibagikan di Twitter oleh Kementerian Luar Negeri Israel dan dikecam oleh Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan.

"Inilah wajah sebenarnya dari kepemimpinan Palestina," sebut utusan tersebut.

nazi
Komplek bekas kamp konsentrasi Nazi Sachsenhausen Memorial. (Wikimedia Commons/Greg Schechter)

"Sama seperti Abbas yang menyalahkan orang-orang Yahudi atas Holocaust, dia juga menyalahkan orang-orang Yahudi atas semua masalah di Timur Tengah," sambungnya.

“Dunia harus sadar dan meminta pertanggungjawaban Abbas dan Otoritas Palestina atas kebencian yang mereka keluarkan dan pertumpahan darah yang diakibatkannya. Tidak boleh ada toleransi terhadap hasutan dan teror Palestina!"

Uni Eropa juga mengecam pidato tersebut, yang digambarkan sebagai pidato yang "salah dan sangat menyesatkan".

"Distorsi sejarah seperti itu bersifat menghasut, sangat menyinggung, hanya akan memperburuk ketegangan di kawasan dan tidak menguntungkan kepentingan siapa pun. Hal ini menguntungkan pihak-pihak yang tidak menginginkan solusi dua negara, yang telah berulang kali didukung oleh Presiden Abbas," urainya.

"Selain itu, mereka meremehkan Holocaust dan dengan demikian memicu antisemitisme dan merupakan penghinaan terhadap jutaan korban Holocaust dan keluarga mereka," kata Uni Eropa.

Dari Amerika Serikat, Utusan Khusus Washington untuk memantau dan memerangi antisemitisme Deborah Lipstadt, menyerukan permintaan maaf segera atas apa yang disebutnya sebagai "pernyataan antisemitisme dan kebencian" dari Presiden Palestina tersebut, seperti dikutip dari Reuters.

"Saya terkejut dengan pernyataan Presiden Abbas yang penuh kebencian dan antisemit pada pertemuan Fatah baru-baru ini," kata Lipstadt, salah satu peneliti paling terkemuka mengenai Holocaust, mengutip The Guardian.

Terpisah, juru bicara Presiden Abbas, Nabil Abu Rudeineh mengatakan, pernyataan presiden tersebut "adalah kutipan dari tulisan para penulis serta sejarawan Yahudi dan Amerika", bukan penolakan terhadap Holocaust.

Sedangkan J Street, kelompok lobi Yahudi AS yang liberal dan pro perdamaian juga melontarkan kecaman pedas, kendati mengatakan dengan praduga.

"Jika laporan dan transkrip ini akurat, Abbas seharusnya mendapat kecaman secara universal dan dia harus segera meminta maaf. Tidak ada alasan untuk membuat pernyataan antisemit seperti ini dan ini bukanlah pelanggaran pertama yang dilakukan Abbas," sebut kelompok itu.