JAKARTA - Ukraina perlahan mampu membuat kemajuan dalam serangan balasan yang dilakukan sejak Juni lalu untuk merebut kembali wilayah yang diduduki Rusia, kata Sekjen NATO Jens Stoltenberg, kendati juga mengakui adanya hambatan pertahanan dan ladang ranjau Rusia.
"Ukraina secara bertahap mendapatkan kekuatan. Mereka telah mampu menembus garis pertahanan pasukan Rusia, dan mereka bergerak maju," ujar Stoltenberg di hadapan anggota Parlemen Eropa, dilansir dari Reuters 8 September.
Sejak melancarkan serangannya, Kyiv telah berjuang untuk menerobos garis pertahanan Rusia yang kokoh, menghadapi kritik yang semakin besar di media Barat karena memusatkan kekuatan di tempat yang salah.
Namun, dengan sumber daya militer Moskow yang melimpah dan perbedaan pendapat, kedua belah pihak telah mengukur keberhasilan baru-baru ini dengan menguasai desa-desa kecil atau sebidang tanah kecil.
Stoltenberg mengatakan, serangan tersebut diperkirakan akan berjalan lambat.
"Tidak ada yang pernah mengatakan bahwa ini akan mudah," katanya.
"Hampir dalam sejarah kita melihat lebih banyak ranjau di medan perang dibandingkan yang kita lihat di Ukraina saat ini. Jadi jelas bahwa ini akan menjadi sangat sulit," urainya.
Sementara itu, para pejabat Ukraina mengatakan dalam sepekan terakhir, pasukan mereka telah berhasil menembus garis pertahanan pertama Rusia, namun kini menghadapi garis pertahanan lebih lanjut di wilayah di mana Moskow sempat membangun benteng dan ladang ranjau.
BACA JUGA:
"Mereka mengalami kemajuan. Mungkin tidak sebanyak yang kami harapkan, namun mereka mengalami kemajuan secara bertahap," ujar Stoltenberg.
"Beberapa ratus meter per hari, artinya ketika Ukraina menguasai wilayah, Rusia pun kehilangan wilayah," sambungnya.
Memuji pasukan Ukraina atas pencapaian mereka di medan perang, ia menambahkan: "Titik awalnya adalah, tentara Rusia dulunya adalah yang terkuat kedua di dunia. Dan sekarang tentara Rusia adalah yang terkuat kedua di Ukraina. Itu cukup mengesankan bagi Ukraina."