JAKARTA - Amerika Serikat dan NATO mengatakan Rusia masih membangun pasukan di sekitar Ukraina pada Rabu, meskipun Moskow bersikeras pihaknya akan mundur, mempertanyakan keinginan Presiden Vladimir Putin untuk merundingkan solusi bagi krisis tersebut.
Di Ukraina, di mana orang-orang mengibarkan bendera dan memainkan lagu kebangsaan untuk menunjukkan persatuan melawan ketakutan akan invasi, pemerintah mengatakan serangan siber yang menghantam kementerian pertahanan adalah yang terburuk yang pernah terjadi di negara itu.
Rusia dituding berada di balik serangan siber tersebut, kendati Moskow dengan tegas membantah terlibat dalam serangan itu.
Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, para pejabat AS belum dapat mengatakan siapa yang bertanggung jawab atas serangan siber tersebut, seperti melansir Reuters 17 Februari.
Dia juga mengatakan, pintu tetap terbuka untuk diplomasi dengan Rusia tetapi menegaskan kembali kekhawatiran, serangan Rusia dapat didahului oleh operasi 'bendera palsu' dan informasi yang salah.
Sementara itu, Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya, bagian dari penumpukan besar yang disertai dengan tuntutan ke Barat untuk menyapu jaminan keamanan, ditarik kembali setelah latihan di distrik militer selatan dan barat dekat Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia menerbitkan video yang katanya menunjukkan tank, kendaraan tempur infanteri dan unit artileri self-propelled meninggalkan semenanjung Krimea, yang direbut Moskow dari Ukraina pada 2014.
Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan unit-unit kunci Rusia bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh.
"Itu yang dikatakan Rusia, dan kemudian itu yang dilakukan Rusia. Dan kami belum melihat mundurnya pasukannya," kata Menlu Blinken dalam sebuah wawancara di MSNBC.
"Kami terus melihat unit-unit penting bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh dari perbatasan," ungkap Blinken.
Sementara itu, seorang pejabat senior intelijen Barat mengatakan risiko agresi Rusia terhadap Ukraina akan tetap tinggi selama sisa Februari, dan Rusia masih dapat menyerang Ukraina "dengan peringatan yang pada dasarnya tidak ada, atau hampir tidak ada sama sekali".
Terpisah, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pasukan dan tank yang bergerak bolak-balik tidak menjadi bukti penarikan.
"Apa yang kami lihat adalah bahwa mereka telah meningkatkan jumlah pasukan dan lebih banyak pasukan sedang dalam perjalanan. Jadi, sejauh ini, tidak ada de-eskalasi," ujarnya sebelum pertemuan aliansi di Brussel.
Stoltenberg kemudian mengatakan NATO bisa membuktikan kegagalan Rusia untuk menarik kembali pasukannya dengan citra satelit.
BACA JUGA:
Menanggapi hal tersebut, Kremlin mengatakan penilaian NATO salah. Duta Besar Moskow untuk Irlandia mengatakan pasukan di Rusia barat akan kembali ke posisi normal mereka dalam tiga hingga empat minggu.
Untuk diketahui, Rusia mengatakan tidak pernah berencana untuk menyerang Ukraina tetapi ingin menetapkan 'garis merah' untuk mencegah tetangganya bergabung dengan NATO, yang dilihatnya sebagai ancaman bagi keamanannya sendiri.
Adapun Kremlin mengatakan Presiden Putin tertarik untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat, yang telah menawarkan diskusi tentang pengendalian senjata dan langkah-langkah membangun kepercayaan, sementara mengesampingkan veto pada keanggotaan NATO di masa depan untuk Ukraina.