Bagikan:

JAKARTA - Komandan tertinggi Ukraina mengatakan pasukan Rusia melancarkan serangan tanpa henti untuk mencoba maju menuju kota Pokrovsk, pusat logistik di timur.

Hampir 29 bulan sejak invasi besar-besaran, Ukraina telah meningkatkan upaya mobilisasi untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja dan diperkuat dengan pasokan peluru artileri barat, namun pasukan Rusia terus bergerak maju.

“Musuh tidak memperhatikan tingkat kerugian mereka yang cukup tinggi dan terus bergerak menuju Pokrovsk,” kata Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi dilansir Reuters, Senin, 22 Juli.

Pokrovsk berjarak kurang dari 25 km (15 mil) dari wilayah pendudukan Rusia, menurut peta medan perang intelijen sumber terbuka, dan terletak di persimpangan jalan dan jalur kereta api yang menjadikannya titik logistik penting bagi militer dan warga sipil di wilayah timur tersebut.

“Operasi tempur aktif dengan intensitas berbeda-beda terjadi di seluruh lini depan,” kata Syrskyi.

Pertempuran sengit, katanya, juga terjadi di dekat beberapa desa dan kota di wilayah timur, termasuk Krasnohorivka dan Chasiv Yar, kota strategis di puncak bukit yang direbutnya akan membawa Rusia semakin dekat untuk mengancam kota-kota penting di wilayah Donetsk yang dikuasai Kyiv.

Rusia melancarkan 39 serangan di garis depan Pokrovsk dalam 24 jam terakhir dari total 117 serangan yang tercatat di sepanjang garis depan, kata militer dalam pembacaan medan perang hariannya.

Pasukan Rusia merebut dua desa di wilayah timur pada akhir pekan, kata media Rusia, mengutip Kementerian Pertahanan.

Meskipun pasukan Kyiv yang kelelahan tahun ini mengalami kemunduran karena Rusia kembali menyerang dan terus memberikan tekanan, kemajuan yang dicapai Moskow berjalan lambat.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, yang melakukan perjalanan ke China minggu ini dalam perjalanan diplomatik, memperkirakan Rusia menguasai 17,68 persen wilayah Ukraina dibandingkan dengan 17,61 persen pada 1 Januari 2024.

Seorang pejabat senior NATO mengatakan bulan ini Rusia kekurangan amunisi dan pasukan untuk melakukan serangan besar-besaran di Ukraina dan perlu mengamankan pasokan amunisi dalam jumlah besar dari negara-negara lain di luar jumlah yang sudah mereka miliki untuk melakukan hal tersebut.