Bagikan:

JAKARTA -  Serangan Rusia meningkatkan tekanan terhadap pusat logistik strategis di timur, Pokrovsk, Ukraina.

Serangan bom berpemandu dan infanteri menyebabkan beberapa perebutan wilayah terbesar Moskow sejak musim semi.

Tekanan ini memicu lonjakan evakuasi warga sipil yang meningkat sekitar sepuluh kali lipat selama dua minggu terakhir, menurut seorang sukarelawan yang membantu orang-orang untuk mengungsi.

Pasukan Rusia terus bergerak maju di beberapa front di wilayah timur Donetsk, terutama melancarkan serangan sengit di dekat Pokrovsk ketika pasukan Kyiv hanya bertahan 29 bulan sejak invasi besar-besaran Rusia.

Pasukan Rusia menggunakan pesawat tempur dan tembakan artileri untuk mendukung gelombang serangan infanteri di daerah dekat Pokrovsk, kata Ruslan Muzychuk,  juru bicara Garda Nasional Ukraina.

“Serangan-serangan ini tidak selalu didukung oleh kendaraan lapis baja, seringkali serangan infanteri,” katanya dilansir Reuters, Sabtu, 3 Agustus.

“Ini adalah ancaman yang signifikan karena front Pokrovsk dan Toretsk mengambil bagian besar dalam serangan penerbangan harian yang dilakukan terhadap posisi pertahanan Ukraina,” imbuhnya.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah merebut lima permukiman di wilayah Donetsk dalam sepekan terakhir.

Penggunaan pesawat tempur Rusia untuk menembakkan bom berpemandu sangat penting bagi taktik medan perang Moskow, kata Valeriy Romanenko, pakar penerbangan yang berbasis di Kyiv.

“Rusia tidak menembus pertahanan kami, mereka mendorongnya kembali. Mereka maju 100, 150, 200 meter setiap hari dengan menggunakan taktik ini: menjatuhkan bom berpemandu, berhasil dihalau,” imbuhnya.

Dia mengatakan pasokan pesawat tempur F-16 AS ke Ukraina

mampu mengancam pesawat tempur Rusia, namun operasi semacam itu tidak mungkin dilakukan saat ini mengingat risiko yang akan ditimbulkannya bagi pilot baru yang mengoperasikan jet mahal.