Bagikan:

JAKARTA - Penasihat Presiden Vladimir Putin menyebut, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan unit khusus Barat mendukung serangan Ukraina di Kursk, mengatakan tanpa itu tentara Kyiv tidak akan berani memasuki wilayah Rusia.

Ukraina melancarkan serangan kilat di Kursk pada 6 Agustus, saat ribuan tentaranya yang didukung tank dan kendaraan lapis baja melintasi perbatasan Rusia.

Amerika Serikat dan negara-negara Barat, yang ingin menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia, mengatakan, Ukraina tidak memberikan pemberitahuan sebelumnya, sementara Washington tidak terlibat, meskipun persenjataan yang disediakan oleh Inggris dan AS dilaporkan telah digunakan di tanah Rusia.

Namun, Penasihat Presiden Rusia, Nikolai Patrushev menolak pernyataan Barat dalam wawancara dengan surat kabar Izvestia.

"Operasi di wilayah Kursk juga direncanakan dengan partisipasi NATO dan dinas khusus Barat," katanya, tanpa memberikan bukti, melansir Reuters 16 Agustus.

"Tanpa partisipasi dan dukungan langsung mereka, Kyiv tidak akan berani memasuki wilayah Rusia," lanjut Patrushev.

Pernyataan salah satu "pejuang Perang Dingin" Kremlin yang berpengaruh menyiratkan, serangan pertama Ukraina yang diakui ke wilayah kedaulatan Rusia sejak Moskow mengirim pasukannya ke Ukraina pada tahun 2022 membawa risiko eskalasi yang tinggi.

"Upaya Washington telah menciptakan semua prasyarat bagi Ukraina untuk kehilangan kedaulatannya dan kehilangan sebagian wilayahnya," kata Patrushev.

Sebelumnya, Panglima Militer Ukraina Kolonel Jenderal Oleksandr Syrskyi mengatakan pada Hari Kamis, Kyiv telah mendirikan kantor komandan militer di bagian wilayah Kursk Rusia, mengatakan pasukannya masih maju, kendati pasukan Moskow meningkatkan serangannya di timur Ukraina.

Meskipun serangan Ukraina telah mengungkap kelemahan pertahanan Rusia dan mengubah narasi publik tentang konflik tersebut, pejabat Rusia mengatakan apa yang mereka sebut sebagai "invasi teroris" Ukraina tidak akan mengubah jalannya perang.

Rusia telah maju selama sebagian besar tahun ini di sektor timur utama dari garis depan sepanjang 1.000 km (620 mil) dan memiliki keunggulan jumlah yang besar. Negara itu menguasai 18 persen wilayah Ukraina.

Sejauh ini AS menganggap serangan mendadak itu sebagai langkah perlindungan yang memungkinkan Kyiv menggunakan peralatan AS, kata pejabat di Washington.

Namun, mereka juga mengungkapkan kekhawatiran tentang komplikasi saat pasukan Ukraina semakin maju ke wilayah musuh.

Seorang pejabat AS yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan, jika Ukraina mulai merebut desa-desa Rusia dan target nonmiliter lainnya dengan menggunakan senjata dan kendaraan AS, itu dapat dianggap sebagai pelanggaran batas yang diberlakukan Washington, tepatnya untuk menghindari persepsi adanya konflik langsung antara NATO dan Rusia.