JAKARTA - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko yang juga sekutu Presiden Vladimir Putin ingin Rusia dan Ukraina berunding untuk mengakhiri konflik, agar perang tidak meluas ke negaranya.
Ia berbicara dengan latar belakang serangan Ukraina ke Rusia yang dimulai pada 6 Agustus ketika ribuan pasukan Kyiv menerobos perbatasan barat Rusia yang sangat memalukan bagi petinggi militer Putin.
Dalam sebuah wawancara Presiden Lukashenko mengatakan, hanya "orang-orang berpangkat tinggi asal Amerika" yang menginginkan perang Ukraina-Rusia berlanjut.
Barat, lanjutnya, mendorong Kyiv untuk berperang karena ingin Ukraina dan Rusia "saling menghancurkan", menurut kutipan dari wawancara hampir dua jam yang dipublikasikan pada Hari Kamis di situs web kepresidenan Belarusia, melansir Reuters 16 Agustus.
"Mari kita duduk di meja perundingan dan akhiri pertikaian ini," katanya.
"Baik rakyat Ukraina, Rusia, maupun Belarusia tidak membutuhkannya. Mereka (Barat) membutuhkannya," sambung Presiden Lukashenko.
Rusia sendiri mengatakan pada Hari Kamis, mereka akan meningkatkan pertahanan perbatasan karena ratusan ribu orang diperintahkan untuk mengungsi dari wilayah Kursk barat.
Di sisi lain, Kyiv mengatakan pasukannya telah maju sejauh 35 km (22 mil) ke Rusia sejak minggu lalu dan terus menguasai wilayah.
Presiden Lukashenko mengisyaratkan, tanpa memberikan bukti, Kyiv mungkin berencana menyerang Belarus, mengatakan Minsk tidak akan membiarkan pasukan Ukraina "menginjak-injak negara kita".
Militer Ukraina tidak segera menanggapi permintaan komentar tertulis.
Diketahui, Pemimpin Belarusia telah memposisikan dirinya sebagai pendukung utama Putin sejak presiden Rusia memerintahkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022, yang sebagian di antaranya dilakukan dari tanah Belarusia.
Moskow sendiri mengatakan, setiap perundingan damai harus didasarkan pada Ukraina yang menyerahkan tanah yang jumlahnya mencapai seperlima dari wilayahnya - sebagian besar direbut oleh pasukan Rusia.
Sedangkan Ukraina mengatakan Kyiv akan siap untuk perundingan, asalkan kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina dihormati sepenuhnya.
Lukashenko menuduh, Barat bertaruh bahwa situasi yang tidak stabil di Kursk akan mendorong mobilisasi pasukan di Belarusia dan Rusia dan "mengguncang masyarakat dari dalam."
"Kami tidak menginginkan eskalasi dan kami tidak menginginkan perang melawan seluruh NATO. Kami tidak menginginkan itu," katanya.
Namun jika Ukraina benar-benar memprovokasi Belarusia, Lukashenko memperingatkan, "kami tidak punya pilihan lain."
BACA JUGA:
Lukashenko menyebut konflik itu sebagai "perang bersama" Belarus dan Rusia melawan "binatang-binatang buas" - Kyiv dan sekutu Baratnya - mengatakan Moskow akan "mendukung kami" jika Belarusia diserang.
Selain itu, Presiden Lukashenko mengulangi klaim tentang pelanggaran wilayah udara dan mengatakan pasukan Belarusia dikirim ke perbatasan untuk "mencegah terobosan."
Ia menegaskan, Minsk tidak melihat alasan untuk menggunakan senjata nuklir Rusia, yang dikerahkan di wilayah Belarusia tahun lalu, kecuali perbatasannya dilanggar."
"Kami tidak akan menggunakan senjata apa pun sampai Anda menginjakkan kaki di perbatasan negara kami," tandasnya.