Bagikan:

JAKARTA - Rusia mengecam sekutu Barat Ukraina di Dewan Keamanan PBB pada Hari Selasa, karena tidak mengutuk serangan Kyiv ke wilayah Rusia di Kursk, menuduh pasukan Ukraina membunuh warga sipil dan mempertanyakan tujuan serangan lintas perbatasan tersebut.

Ribuan tentara Ukraina memulai serangan mendadak seminggu yang lalu, sebuah langkah yang menurut Presiden Rusia Vladimir Putin ditujukan untuk meningkatkan posisi negosiasi Kyiv, menjelang kemungkinan perundingan dan memperlambat kemajuan pasukan Rusia di sepanjang garis depan.

"Kami belum mendengar sepatah kata pun kecaman atas tindakan ini dari sponsor Barat rezim Kyiv yang terus menutupi kejahatan keji boneka mereka," kata Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy dalam pertemuan dewan, melansir Reuters 14 Agustus.

"Saya akan berterima kasih atas penjelasan tentang bagaimana penargetan warga sipil secara sengaja dapat membantu tujuan menggagalkan serangan di wilayah Ukraina, mengingat fakta bahwa tidak ada objek atau infrastruktur militer di wilayah tersebut," katanya.

Sekutu Ukraina di Dewan Keamanan PBB, termasuk Amerika Serikat, Prancis dan Inggris, tetap teguh dalam mendukung Kyiv selama pertemuan informal dewan yang diadakan oleh Rusia. Mereka tidak menyebutkan serangan Kursk.

"Kami tidak akan mengakui penyerang sebagai korban," kata diplomat senior Slovenia Klemen Ponikvar, salah satu dari beberapa anggota yang menuduh Rusia munafik, berstandar ganda, dan membuang-buang waktu Dewan Keamanan.

Pendukung Barat Ukraina - yang ingin menghindari eskalasi perang menjadi konfrontasi langsung antara Rusia dan NATO yang dipimpin AS - mengatakan mereka tidak mendapat peringatan sebelumnya tentang serangan Ukraina yang telah mengukir sebagian wilayah Rusia.

Selama pertemuan informal dewan, diplomat Amerika, Inggris dan Prancis mengajukan tuduhan terhadap Rusia atas pelanggaran hukum humaniter internasional dan hak asasi manusia di Ukraina.

"Tidak perlu dipertanyakan lagi negara mana yang telah melakukan banyak kekejaman yang terdokumentasi dengan baik, termasuk kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, di wilayah kedaulatan Ukraina," kata diplomat AS Caleb Pine.

"Negara itu adalah Rusia," tandasnya.

Diketahui, Rusia menginvasi Ukraina pada tahun 2022 dan menguasai hampir seperlima wilayah yang diakui secara internasional sebagai Ukraina.

Baik Kyiv maupun Moskow membantah telah menargetkan warga sipil selama perang, yang telah menewaskan ribuan orang dan membuat jutaan warga Ukraina mengungsi.