JAKARTA - Ukraina mematuhi hukum kemanusiaan internasional dan tidak menargetkan warga sipil dalam serangannya saat ini di wilayah Kursk, Rusia, kata juru bicara kementerian luar negeri negara itu pada Hari Senin.
Juru bicara itu menyebut Rusia memiliki rekam jejak panjang mengenai klaim dan propaganda, menanggapi tuduhan jatuhnya korban tewas dan luka-luka dari kalangan warga sipil.
"Mengingat sejarah panjang Rusia dalam hal angka-angka palsu dan propaganda, tidak ada cara untuk memverifikasi klaim-klaim mereka. Jika Rusia ingin menunjukkan situasi yang sebenarnya di lapangan, mereka dapat memberikan akses kepada PBB dan ICRC," kata juru bicara Heorhiy Tykhyi kepada Reuters, menggunakan singkatan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Komite Palang Merah Internasional, seperti dilansir 23 September.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia pada Hari Senin mengatakan, sedikitnya 56 warga sipil tewas dan 266 luka-luka akibat serangan Ukraina selama tujuh minggu ke wilayah Kursk, Rusia bagian barat.
Kyiv memulai serangan lintas perbatasan pada tanggal 6 Agustus, lebih dari dua tahun setelah Moskow mengirim puluhan ribu tentara ke Ukraina, dan pasukan Ukraina masih berada di wilayah Kursk.
Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 31 orang dalam periode hingga 5 September. Jumlah korban baru tersebut mencakup periode hingga 20 September.
Lebih jauh dikatakan, 131.000 warga sipil telah meninggalkan kawasan paling berbahaya di wilayah tersebut, menuduh pasukan Ukraina menahan beberapa warga sipil di luar keinginan mereka, termasuk 70-120 orang di Kota Sudzha.
Heorhiy Tykhyi mengatakan Ukraina mematuhi hukum humaniter internasional dan tidak menargetkan warga sipil, dan mereka tidak dapat memverifikasi pernyataan tersebut.
BACA JUGA:
Kyiv sendiri mengatakan, serangan yang dilakukan di Kursk, serangan lintas batas terbesar terhadap Rusia setelah Perang Dunia II, dimaksudkan sebagai bagian dari upaya mencegah pasukan Rusia di wilayah tersebut melancarkan serangan melintasi perbatasan ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan awal bulan ini, pasukannya menguasai 100 permukiman di wilayah Kursk di atas wilayah seluas lebih dari 1.300 km persegi (500 mil persegi). Sumber-sumber Rusia membantah angka ini, mengatakan Rusia telah merebut kembali beberapa desa dalam serangan balik.