JAKARTA - Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini menekankan perlunya gencatan senjata di Jalur Gaza, "agar setiap wanita dan gadis di sana dapat memperoleh kembali sebagian martabatnya."
Dalam unggahannya di X ia menuliskan, "wanita dan gadis sering kali dapat menghabiskan waktu berbulan-bulan tanpa mandi, mengalami beberapa siklus menstruasi tanpa membersihkan diri."
"Mereka harus memotong rambut mereka sangat pendek karena kutu, kekurangan sampo, tidak cukup air atau sisir," cuitnya, dilansir dari WAFA 16 Agustus.
Lazzarini melanjutkan, "banyak yang mengatakan mereka tidak merasa aman, tidak memiliki privasi atau martabat di tempat penampungan dan tempat pengungsian yang penuh sesak. Mereka tidak pergi ke toilet dan karena itu menghindari makan atau minum air."
Dia juga menunjukkan, beberapa wanita telah mengenakan jilbab yang sama selama 10 bulan, dan bahwa mereka "berjuang untuk melihat diri mereka sebagai wanita."
"Para perempuan di Gaza memberi tahu tim kami bahwa mereka berjuang untuk melihat diri mereka sebagai perempuan. Seorang perempuan berkata: "Saya tidak merasa menjadi perempuan lagi". Ini adalah aspek lain dari dehumanisasi yang semakin dalam dari perang ini," ungkap Lazzarini.
"Gencatan senjata untuk setiap gadis dan perempuan di Gaza juga untuk memulihkan sebagian martabat mereka," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa Volker Turk mengatakan, ketidakpatuhan pasukan Israel terhadap aturan perang, menyebabkan mayoritas korban jiwa di Jalur Gaza, Palestina adalah perempuan dan anak-anak.
Turk menyerukan agar pembunuhan tersebut diakhiri "untuk selamanya" dan semua tahanan dibebaskan, saat jumlah korban tewas di Gaza telah mencapai lebih dari 40 ribu jiwa.
BACA JUGA:
"Sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak. Situasi yang tak terbayangkan ini sebagian besar disebabkan oleh kegagalan berulang kali oleh Israel Defense Forces (IDF) untuk mematuhi aturan perang," kata Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia dalam sebuah pernyataan.
Otoritas kesehatan Gaza mengonfirmasi pada Hari Kami, jumlah korban tewas Palestina akibat serangan Israel di wilayah kantong Palestina itu sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 40.005 jiwa, sementara korban luka-luka mencapai 92.401 orang. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.
"Rata-rata, sekitar 130 orang terbunuh setiap hari di Gaza selama 10 bulan terakhir," lanjut Turk, mengutip perkiraan berdasarkan data dari otoritas kesehatan daerah kantong tersebut.