JAKARTA - Perdana Menteri Latvia Arturs Krisjanis Karins mengumumkan pengunduran dirinya pada Hari Senin, saat kondisi hubungan koalisi multi-partai pemerintahannya dikatakan memburuk.
"Kamis ini saya akan mengajukan pengunduran diri saya dan kabinet ini kepada presiden," katanya dalam sebuah konferensi pers, melansir Reuters 14 Agustus.
Partai Persatuan Baru yang beraliran tengah-kanan Karins memenangkan pemilihan nasional pada Oktober 2022, memperoleh 26 dari 100 kursi di parlemen yang berisikan tujuh partai.
Dia menyalahkan mitra koalisi yang "menghalangi pekerjaan untuk kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi" atas keputusan Hari Senin, menurut sebuah cuitan di Twitter.
Partai Karins memerintah negara Uni Eropa yang berpenduduk 1,9 juta jiwa ini, dengan dukungan dari Aliansi Nasional yang konservatif dan United List yang terdiri dari partai-partai kecil, memberinya mayoritas parlemen yang sempit.
Namun, hubungan dengan koalisi memburuk setelah gagal mengajukan kandidat bersama dalam pemilihan presiden pada Bulan Mei.
Hari Jumat, Karins melakukan upaya yang gagal untuk membawa lebih banyak partai ke dalam pemerintahan.
Mereka termasuk Partai Progresif yang berhaluan kiri dan Partai Hijau serta Serikat Petani, sebuah koalisi kelompok konservatif yang digawangi oleh Aivars Lembergs, wali kota Ventspils yang dimasukkan ke dalam daftar sanksi Amerika Serikat atas dugaan korupsi pada tahun 2019.
BACA JUGA:
Sementara itu, Partai Persatuan Baru Karins berencana untuk memilih calon perdana menteri pada hari Rabu, katanya.
Adapun Presiden Edgars Rinkevics bertanggung jawab untuk memberikan mandat kepada perdana menteri baru untuk membentuk pemerintahan.
Diketahui, pemilihan anggota parlemen Latvia berikutnya dijadwalkan digelar tahun 2026 mendatang.
Bersama dengan negara-negara tetangganya di Baltik, Lithuania dan Estonia, Latvia adalah suara terdepan dalam mendorong Uni Eropa dan NATO untuk meningkatkan tekanan pada Rusia atas invasinya ke Ukraina.