Bagikan:

JAKARTA - Jepang memberikan visa jangka panjang sebagai pengecualian khusus untuk dua wanita Rusia, setelah mereka memilih meninggalkan negaranya karena menentang invasi ke Ukraina, menurut sumber yang mengetahui hal ini.

Kedua wanita berusia 20-an tahun itu diizinkan untuk mengubah status tinggal jangka pendek mereka menjadi visa pelajar tanpa harus kembali ke negara asal mereka seperti yang biasanya diwajibkan, dalam sebuah persetujuan yang jarang terjadi yang dibuat dengan mempertimbangkan pandangan politik.

Kedua sahabat dari Siberia timur ini memiliki ketertarikan terhadap budaya Jepang, memutuskan untuk pergi ke Negeri Sakura pada Bulan September lalu setelah Rusia memerintahkan mobilisasi militer parsial, karena khawatir mereka akan dilibatkan untuk memberikan dukungan logistik.

Mereka tiba di Jepang pada Bulan November setelah mendapatkan visa jangka pendek selama 90 hari. Keduanya kemudian memperpanjang visa mereka, mencari peluang untuk tinggal dalam jangka panjang.

Setelah datang ke Jepang, kedua perempuan itu mengklaim kembali ke Rusia akan membahayakan keselamatan mereka, lantaran telah menggalang dukungan untuk Ukraina di media sosial dan saluran lainnya.

Diketahui, gerakan anti-perang menghadapi tindakan keras dan kebebasan berbicara di Rusia sangat dibatasi.

Kedua wanita tersebut, yang perubahan status kependudukannya disetujui pada Bulan Mei, akan belajar bahasa Jepang hingga Maret 2025 di sebuah sekolah kejuruan di Prefektur Chiba, menurut para pendukungnya.

Hukum imigrasi Jepang menetapkan status tinggal jangka pendek tidak dapat diubah, kecuali ada "keadaan luar biasa". Dalam situasi normal, pasangan ini harus mengajukan permohonan visa baru pada misi diplomatik Jepang di Rusia.

Seorang pejabat Badan Layanan Imigrasi mengatakan, meskipun tidak ada statistik tentang kasus serupa yang tersedia, pemberian perubahan status untuk kedua wanita Rusia tersebut dapat dianggap sebagai pengecualian khusus.

"Kami tidak pernah menangani kasus di mana (perubahan status di dalam negeri) disetujui karena pandangan politik," kata Nao Wakamatsu, perwakilan dari Daiichi Sogo Group, dilansir dari Kyodo News 31 Juli.

Kedua wanita tersebut mengatakan kepada Kyodo News, mereka berterima kasih kepada para pendukung mereka dan pihak imigrasi Jepang yang telah memberikan mereka kesempatan untuk tinggal di Jepang.