JAKARTA - Jepang mengumumkan penutupan sementara Kedutaan Besarnya di Kyiv pada Hari Rabu, seiring dengan meningkatnya invasi Rusia ke Ukraina, membuat warga sipil mengungsi.
Operasional kedutaan besar akan dipindahkan ke kantor penghubung sementara yang didirikan di Lviv, Ukraina barat, menurut Kementerian Luar Negeri, seperti melansir Kyodo News 2 Maret.
Kantor tersebut, yang terletak di dekat perbatasan dengan Polandia, akan terus memberikan dukungan kepada warga Jepang yang tinggal di Ukraina, termasuk mereka yang mencoba mengungsi dari negara itu, kata kementerian.
Keputusan untuk menutup kedutaan pada Hari Rabu diumumkan setelah militer Rusia mengatakan akan menyerang situs komunikasi dan intelijen Ukraina di Kyiv, memperingatkan penduduk di dekat mereka untuk pergi.
Pada Hari Selasa, pasukan Rusia menembaki menara televisi utama di ibukota Ukraina, menewaskan sedikitnya lima orang.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pekan lalu, operasional kedutaan telah dikurangi. Namun Duta Besar Jepang untuk Ukraina, Kuninori Matsuda dan beberapa lainnya tetap berada di Kyiv.
Hingga 27 Februari, sekitar 120 warga negara Jepang berada di Ukraina. Pemerintah Jepang telah meminta mereka untuk mengungsi dan mengamankan pesawat sewaan, untuk mengangkut mereka dari Polandia ke negara ketiga.
Sementara pada 28 Februari, pemerintah juga mendirikan kantor penghubung di Polandia untuk membantu warga Jepang yang ingin meninggalkan Ukraina melalui jalur darat.
Terpisah, Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno pada Hari Rabu meminta warga negara Jepang untuk menahan diri dari bepergian ke Ukraina "terlepas dari tujuan," ketika ditanya tentang perekrutan sukarelawan militer asing oleh Kedutaan Besar Ukraina di Tokyo.
Pada konferensi pers reguler, Matsuno menekankan bahwa pemerintah telah menaikkan peringatan perjalanan ke seluruh Ukraina ke tingkat tertinggi. Namun, minat warga Negeri Sakura tetap tinggi untuk menjadi sukarelawan ke Ukraina.
Keiichi Kurogi adalah salah satu dari lusinan pria di Jepang yang menawarkan diri untuk bergabung dengan 'legiun internasional', untuk melawan penjajah Rusia setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy meminta sukarelawan.
Kurogi, seorang pekerja kantoran berusia 39 tahun yang tinggal di barat daya Jepang mengatakan kepada Reuters, dia menelepon Kedutaan Ukraina pada Hari Senin setelah melihat permohonan untuk sukarelawan di Twitter.
"Ketika saya melihat gambar pria dan wanita tua di Ukraina memegang senjata dan pergi ke depan, saya merasa saya harus menggantikan mereka," ujarnya seperti mengutip Reuters.
Sayang, pihak kedutaan menolak tawaran Kurogi untuk bertarung, mengatakan kepadanya bahwa dia tidak memiliki pengalaman militer yang diperlukan.
Pada Hari Selasa, 70 pria Jepang, termasuk 50 mantan anggota Pasukan Bela Diri Jepang dan dua veteran Legiun Asing Prancis, telah melamar menjadi sukarelawan, kata surat kabar Mainichi Shimbun, mengutip sebuah perusahaan Tokyo yang menangani para sukarelawan.
Seorang juru bicara Kedutaan Besar Ukraina mengakui menerima telepon dari orang-orang yang 'ingin berjuang untuk Ukraina', tetapi menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.
Sebuah unggahan media sosial 28 Februari dari kedutaan berterima kasih kepada warga Jepang, atas banyak pertanyaan mereka tentang menjadi sukarelawan tetapi menambahkan ketentuan.
"Setiap kandidat untuk ini harus memiliki pengalaman di Pasukan Bela Diri Jepang atau telah menjalani pelatihan khusus," sebut pihak kedutaan.
Dalam sebuah unggahan baru di Twitter pada Hari Rabu, Kedutaan Ukraina di Jepang mengatakan sedang mencari sukarelawan dengan pengalaman medis, IT, komunikasi, atau pemadam kebakaran. Tidak segera jelas apakah posisi sukarelawan itu terpencil atau terlibat dalam perjalanan ke Ukraina.
"Kementerian luar negeri Jepang telah mengeluarkan peringatan evakuasi untuk seluruh Ukraina dan kami ingin orang-orang menghentikan semua perjalanan ke Ukraina, terlepas dari tujuan kunjungan mereka," kata Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno dalam konferensi pers.
"Kami berkomunikasi dengan Kedutaan Ukraina di Jepang dan menunjukkan bahwa nasihat evakuasi sudah ada," sambungnya.
BACA JUGA:
Perang di Ukraina telah membangkitkan emosi yang kuat di Jepang, yang memiliki konstitusi pasifis pascaperang yang telah ditafsirkan ulang dalam beberapa tahun terakhir, untuk memungkinkan Jepang hanya melakukan pertahanan diri kolektif atau membantu sekutu yang diserang.
Untuk diketahui, ratusan orang berkumpul untuk memprotes invasi Rusia minggu lalu di Tokyo, sementara Kedutaan Ukraina mengatakan telah mengumpulkan 17 juta dolar AS sumbangan dari sekitar 60.000 orang di Jepang setelah mengajukan permintaan bantuan online.
Adapun Kurogi, dia bersikeras bahwa dia akan menjadi sukarelawan lagi jika Ukraina mengubah persyaratannya.
"Saya dari generasi yang tidak tahu perang sama sekali. Bukannya saya ingin pergi berperang, saya lebih suka pergi daripada melihat anak-anak dipaksa membawa senjata," tandasnya.