JAKARTA - Polri mengklaim tak pernah menginformasikan pihak keluarga soal penyebab meninggalnya Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage bukan karena tertembak.
Ayah Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage sebelumnya menyebut pihak kepolisian menyampaikan bila anaknya itu meninggal karena sakit.
"Tidak ada dari kami yang menyampaikan hal seperti itu," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat Kombes Surawan kepada wartawan, Jumat, 28 Juli.
Soal info sakit keras yang diterima keluarga, Polda Jawa Barat akan mendalaminya.
"Terkait Info yang diterima keluarga bahwa korban alami sakit keras kami dalami lagi," kata Surawan.
OPrang tua Bripda IDF, Y Pandi menyebut awalnya pihak keluarga tidak menaruh curiga terhadap kematian anaknya. Pihak kepolisian menyebut anaknya menderita penyakit keras. Namun hal ini menimbulkan pertanyaan.
"Dari bahasa itu saya berpikir, anak saya kan tak pernah sakit, sehat-sehat saja. Kok tiba-tiba ada bilang penyakit keras," ujarnya di kediamannya di Melawi, Rabu 26 Juli malam.
Hal itu membuat keluarga bingung. Sehingga akhirnya keluarga berspekulasi jika Bripda IDF mengalami kecelakaan. Namun, saat itu juga diberitahu jika Bripda IDF sempat dirawat di ruang ICU, yang seharusnya bisa mendapatkan perawatan intensif.
"Tetapi kalau kecelakaan tak mungkinlah sampai di ICU. Paling kalau kecelakaan kan patah kaki, tangan. Itu yang membuat kami curiga sehingga kami tanyakan kondisi anak kami seperti apa dan kenapa dan bagaimana juga tidak diberi penjelasan," ujarnya.
BACA JUGA:
Pandi mengatakan, pihak keluarga baru mengetahui penyebab Bripda IDF tewas setelah diminta datang ke RS Polri. Saat itu, tim inti dari Mabes Polri yang menceritakan kronologis kejadian kematian IDF.
"Itu setelah tim inti dari Mabes dan Densus 88. Tetapi bahasanya itu bukan ditembak. Mereka itu kan mengambil senpi dari tas, tiba-tiba senjata api meledak mengenai korban anak saya. Itu penjelasan dari Mabes dan Densus 88 Antiteror," ungkap Pandi.
Dia mengatakan, pihak keluarga kecewa atas informasi penyebab kematian Bripda IDF yang berbeda dari pihak kepolisian. Menurutnya, polisi tidak memberikan kejelasan yang pasti terkait kematian anaknya tersebut.
"Kecewa sudah pasti dengan ketidakjelasan informasi kepada saya sebagai orang tua. Itu membuat kami was-was dan terus berdoa dalam perjalanan agar ketemu anak saya. Bahkan saya berharap anak saya tetap sehat bahkan sakit juga tidak separah itu tadinya," katanya.
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage tewas diduga tertembak oleh rekannya. Insiden itu terjadi di Rusun Polri, Bogor, pada Minggu, 23 Juli
Dalam kasus ini, Bripda IMS dan Bripka IG ditetapkan sebagai tersangka. Selain itu, mereka dianggap melakukan pelanggaran kode etik berat. Sehingga, keduanya disanksi penempatan khusus (patsus) di Divisi Propam.