Keluarga Ungkap Perbedaan Informasi Penyebab Kematian Bripda IDF, Mabes Polri Sebut Tertembak Tak Sengaja
Foto Bripda IDF korban penembakan sesama anggota Polri (Ist)

Bagikan:

JAKARTA - Peristiwa polisi tewas ditembak polisi terjadi di Rusun Polri Cikeas, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, Minggu kemarin. Korban tewas adalah Bripda IDF atau Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage yang merupakan warga Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Keluarga korban kecewa atas informasi penyebab kematian Bripda IDF yang berbeda dari pihak kepolisian karena informasi awal korban kecelakaan tertembak saat senpi dikeluarkan dari tas.

Bripda IDF, korban polisi tembak polisi di Bogor, kini telah dimakamkan di kampung halamannya di Kabupaten Melawi, Rabu malam. Di jasadnya, ditemukan bekas luka tembak yang sudah dijahit di bagian belakang telinga.

Orang tua Bripda IDF, Y Pandi menceritakan awalnya pihak keluarga tidak menaruh curiga terhadap kematian anaknya. Pihak kepolisian menyebut anaknya menderita penyakit keras. Namun hal ini menimbulkan pertanyaan.

"Dari bahasa itu saya berpikir, anak saya kan tak pernah sakit, sehat-sehat saja. Kok tiba-tiba ada bilang penyakit keras," ujarnya di kediamannya di Melawi, Rabu 26 Juli malam.

Dia menjelaskan, hal itu membuat keluarga bingung. Sehingga akhirnya keluarga berspekulasi jika Bripda IDF mengalami kecelakaan. Namun, saat itu juga diberitahu jika Bripda IDF sempat dirawat di ruang ICU, yang seharusnya bisa mendapatkan perawatan intensif.

"Tetapi kalau kecelakaan tak mungkinlah sampai di ICU. Paling kalau kecelakaan kan patah kaki, tangan. Itu yang membuat kami curiga sehingga kami tanyakan kondisi anak kami seperti apa dan kenapa dan bagaimana juga tidak diberi penjelasan," ujarnya.

Pandi mengatakan, pihak keluarga baru mengetahui penyebab Bripda IDF tewas setelah diminta datang ke RS Polri. Saat itu, tim inti dari Mabes Polri yang menceritakan kronologis kejadian kematian IDF.

"Itu setelah tim inti dari Mabes dan Densus 88. Tetapi bahasanya itu bukan ditembak. Mereka itu kan mengambil senpi dari tas, tiba-tiba senjata api meledak mengenai korban anak saya. Itu penjelasan dari Mabes dan Densus 88 Antiteror," ungkap Pandi.

Dia mengatakan, pihak keluarga kecewa atas informasi penyebab kematian Bripda IDF yang berbeda dari pihak kepolisian. Menurutnya, polisi tidak memberikan kejelasan yang pasti terkait kematian anaknya tersebut.

"Kecewa sudah pasti dengan ketidakjelasan informasi kepada saya sebagai orang tua. Itu membuat kami was-was dan terus berdoa dalam perjalanan agar ketemu anak saya. Bahkan saya berharap anak saya tetap sehat bahkan sakit juga tidak separah itu tadinya," katanya.

Atas kejadian tragis yang menimpa putranya ini, dia meminta penegak hukum menindak tegas pelaku penembakan. Serta membuka kasus ini secara terang benderang tanpa ada yang ditutupi.

"Supaya terang benderang kasus ini, masyarakat juga tahu. Sehingga keluarga besar kami di Melawi ini tahu kronologi kejadiannya dan permasalahannya nanti sampai dimana," pungkasnya.

Sementara itu sebelumnya, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, dalam kasus kematian Bripda IDF ini, telah ditetapkan dua orang tersangka, yaitu Bripda IMS dan Bripka IG. Keduanya telah diamankan untuk dilakukan penyelidikan dan penyidikan terkait peristiwa tersebut.

Terkait