Rudal dan Drone Rusia Hantam Pelabuhan Odesa, Terkait Serangan Jembatan Krimea dan Akhir Kesepakatan Biji-bijian Laut Hitam?
Pelabuhan Odesa, Ukraina. (Wikimedia Commons/George Chernilevsky)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak di selatan dan timur Ukraina semalam, merusak infrastruktur di pelabuhan Laut Hitam Odesa, kata pejabat Ukraina pada Hari Selasa.

Serangan terhadap Odesa, salah satu pelabuhan utama Ukraina untuk mengekspor biji-bijian, terjadi setelah Rusia mengatakan akan merespons serangan di Jembatan Krimea yang disalahkan pada Kyiv.

Angkatan udara Ukraina mengatakan enam rudal Kalibr ditembakkan semalam. Sementara, 31 dari 36 drone berhasil ditembak jatuh. Rudal dan sebagian besar drone jatuh di wilayah Odesa dan Mykolaiv di selatan, sedangkan sisanya dihancurkan di wilayah timur Donetsk, Kharkiv dan Dnipropetrovsk.

Komando militer selatan Ukraina mengatakan, puing-puing yang berjatuhan dan gelombang ledakan merusak beberapa rumah dan infrastruktur pelabuhan di Odesa. Tidak ada kabar tentang kematian tetapi seorang pria tua dilaporkan terluka.

Serangan terbaru adalah "bukti lebih lanjut negara teroris ingin membahayakan nyawa 400 juta orang di berbagai negara yang bergantung pada ekspor makanan Ukraina," kata Kepala Staf Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak di Telegram, melansir Reuters 18 Juli.

Odesa sering diserang sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, meskipun pelabuhan itu adalah bagian dari kesepakatan yang ditengahi PBB dan Turki yang memungkinkan ekspor biji-bijian dari Laut Hitam dengan aman.

Diketahui, Rusia pada Hari Senin memutuskan tidak memperpanjang kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Kapal terakhir pengangkut biji-bijian meninggalkan Ukraina di bawah kesepakatan pada Hari Minggu. Kesepakatan ini telah diperpanjang beberapa kali, tetapi berakhir pada Hari Senin.

Rusia telah mengatakan selama berbulan-bulan, persyaratan untuk perpanjangan perjanjian belum terpenuhi, mengatakan bagian menyangkut mereka belum diimplementasikan.

"Faktanya, perjanjian Laut Hitam tidak lagi berlaku hari ini," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada para wartawan.

"Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam yang menyangkut Rusia belum diimplementasikan sejauh ini, sehingga efeknya dihentikan," lanjut Peskov.

Moskow diketahui telah lama mengeluhkan masih ada hambatan terhadap ekspor biji-bijian dan pupuknya, meskipun hal ini tidak secara langsung disetujui oleh Barat, mengajukan serangkaian tuntutan yang menurutnya belum dipenuhi.

"Segera setelah bagian Rusia dari perjanjian ini dipenuhi, pihak Rusia akan kembali ke implementasi kesepakatan ini, segera," kata Peskov.

Terkait itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa Antonio Guterres memperingatkan, keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasinya dalam kesepakatan biji-bijian Laut Hitam akan menyebabkan pukulan kepada orang-orang yang membutuhkan di seluruh dunia.

"Ratusan juta orang menghadapi kelaparan dan para konsumen menghadapi krisis biaya hidup global. Mereka akan membayar harganya," kata Sekjen Guterres kepada para wartawan di New York, dilansir dari The National News.

"Pada akhirnya, partisipasi dalam perjanjian-perjanjian ini adalah sebuah pilihan," tambahnya, namun ia juga melanjutkan, "orang-orang yang sedang berjuang di mana-mana dan negara-negara berkembang tidak memiliki pilihan lain."