AS Dikabarkan Bakal Kirim Munisi Tandan, Penasihat Presiden Ukraina: Beri Dampak Psiko-Emosional terhadap Tentara Rusia
Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak. (Twitter/@Podolyak_M)

Bagikan:

JAKARTA - Ukraina akan menerima munisi tandan dari Amerika Serikat, meyakininya akan memiliki dampak psiko-emosional yang luar biasa terhadap pasukan Rusia, kata seorang pejabat senior Kyiv pada Hari Jumat.

Tiga pejabat AS yang berbicara tanpa menyebut nama minggu ini mengatakan, paket bantuan senjata yang mencakup munisi tandan yang ditembakkan oleh meriam Howitzer 155 milimeter diharapkan akan diumumkan paling cepat pada Hari Jumat waktu setempat.

"Tidak diragukan lagi, transfer volume peluru tambahan ke Ukraina merupakan kontribusi yang sangat signifikan untuk percepatan prosedur de-okupasi," kata penasihat politik kepresidenan Mykhailo Podolyak kepada Reuters, seperti dikutip 7 Juli.

"Terutama jika kita berbicara tentang amunisi cluster, yang tidak diragukan lagi mampu memberikan dampak psiko-emosional yang luar biasa terhadap pasukan pendudukan Rusia yang sudah mengalami demoralisasi," ujarnya.

Dikatakan olehnya, penurunan kapasitas tempur dan moral tentara Rusia adalah "komponen penting yang dapat disediakan oleh proyektil jenis ini".

Lebih jauh dikatakan olehnya, Ukraina membutuhkan lebih banyak peluru dan amunisi, berterima kasih kepada mitranya karena "memahami kenyataan perang yang keras,".

Sementara itu, Gedung Putih mengatakan pada Hari Kamis, pengiriman munisi tandan ke Ukraina "sedang dipertimbangkan secara aktif" tetapi tidak ada pengumuman yang harus dibuat.

Mengutip BBC, Undang-undang AS melarang pengiriman munisi tandan dengan tingkat kegagalan bom lebih tinggi dari 1 persen, artinya lebih dari 1 persen bom di senjata tidak meledak, tetapi Presiden Joe Biden dapat melewati aturan ini.

Pejabat Departemen Pertahanan mengatakan kepada wartawan pada Hari Kamis, Pemerintahan Presiden Biden sedang mempertimbangkan untuk mengirim munisi tandan dengan tingkat kegagalan lebih rendah dari 2,35 persen.

Pentagon mencatat, Rusia telah menggunakan bom curah di Ukraina dengan tingkat kegagalan yang lebih tinggi. Sedangkan investigasi Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan, Ukraina kemungkinan juga menggunakannya, meskipun negara tersebut membantah melakukannya.

Dikatakan, paket bantuan juga termasuk kendaraan tempur Bradley dan Stryker, rudal pertahanan udara dan peralatan anti-ranjau, kata para pejabat kepada wartawan, dengan CBS News melaporkan nilai paket bantuan senjata terbaru sekitar 800 juta dolar AS.

Terpisah, dalam sebuah pernyataan pada Hari Jumat, Human Rights Watch mengatakan Ukraina dan Rusia telah membunuh warga sipil dengan penggunaan bom curah dalam perang sejauh ini, seperti dikutip dari CNN.

Menggunakan amunisi tersebut untuk menyerang pasukan atau kendaraan musuh tidak melanggar hukum internasional. Tetapi, menyerang warga sipil dengan senjata tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan perang, menurut Human Rights Watch.

Diketahui, sebagian besar dunia telah melarang penggunaan senjata ini melalui Konvensi Munisi Curah (CCM), yang juga melarang penimbunan, produksi, dan pemindahannya. Meskipun 123 negara telah bergabung dengan konvensi tersebut, Amerika Serikat, Ukraina, Rusia dan 71 negara lainnya belum bergabung.