Bagikan:

JAKARTA - Rusia mungkin telah melakukan kejahatan perang dengan membunuh warga sipil dan menghancurkan rumah sakit di kota-kota Ukraina, kata pejabat tinggi hak asasi manusia PBB pada Hari Rabu.

Berbicara kepada Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Kepala HAM Michelle Bachelet mendesak Rusia untuk mengakhiri invasi lima minggunya.

"Rumah dan gedung administrasi, rumah sakit dan sekolah, stasiun air dan sistem listrik tidak terhindar," katanya, melansir Reuters 31 Maret.

"Serangan tanpa pandang bulu dilarang berdasarkan hukum humaniter internasional dan dapat dianggap sebagai kejahatan perang," tegasnya.

Bachelet mengatakan, kantornya telah menerima tuduhan yang kredibel pasukan Rusia telah menggunakan munisi tandan atau bom klaster di daerah berpenduduk setidaknya 24 kali. Kantornya juga menyelidiki dugaan penggunaan munisi tandan oleh Ukraina.

Lebih jauh Bachelet mengungkapkan, kantornya yang menyebarkan hampir 60 pemantau PBB di Ukraina, telah memverifikasi 77 insiden di mana fasilitas medis rusak, termasuk 50 rumah sakit.

Terpisah, utusan hak asasi manusia AS Michele Taylor mengatakan dia khawatir dengan laporan penculikan oleh pasukan Rusia, termasuk setidaknya tiga walikota dan deportasi paksa warga sipil.

"Jelas bahwa Presiden Putin sangat ingin menghancurkan kota-kota Ukraina menjadi debu," tambah Duta Besar Inggris Simon Manley.

Dalam pidatonya, Bachelet juga mengungkapkan keprihatinannya atas video yang beredar di media sosial, yang menunjukkan interogasi tawanan perang oleh pasukan Ukraina dan Rusia.

Sementara itu, Yaroslav Eremin, sekretaris pertama misi Rusia di PBB di Jenewa, menuduh pelanggaran oleh pasukan Ukraina yang dia tuduh menyiksa tahanan, menggunakan penduduk sebagai tameng manusia di Mariupol, membunuh 21 warga sipil dengan munisi tandan di Donetsk.

“Dalam rekaman yang tersedia untuk umum di dekat Kharhiv, orang Rusia yang tidak bersenjata telah ditembak di tempurung lutut, mereka memiliki kantong plastik di kepala mereka, beberapa dari mereka tidak sadarkan diri," tuturnya.

"Semua kekejaman terhadap warga sipil ini dilakukan dengan menggunakan persenjataan yang dipasok oleh negara-negara Barat," kritik Eremin.

Diketahui, Rusia telah membantah menggunakan bom klaster atau menargetkan warga sipil, sejak meluncurkan apa yang disebutnya "operasi khusus" untuk melucuti senjata dan 'denazifikasi' tetangganya pada 24 April lalu.