JAKARTA - Delegasi Rusia dan Ukraina mengakhiri pembicaraan hari pertama di Istanbul, Turki pada Hari Selasa, Haberturk TV melaporkan. Belum ada rincian tentang hasil pembicaraan kedua delegasi.
Melansir TASS 29 Maret, pembicaraan berlangsung di Kantor Kepresidenan Dolmabahce Turki, berlangsung lebih dari tiga jam.
Sebelumnya, kepala delegasi Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan akan ada pernyataan setelah pembicaraan tersebut. Dia mengatakan pembicaraan telah dimulai pada 09:30 waktu Moskow.
Sementara itu, Penasihat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak pada Hari Selasa menguraikan beberapa masalah yang dibahas, dalam pembicaraan antara Rusia dan Ukraina di Istanbul, mengatakan ada 'konsultasi intensif' pada beberapa masalah.
"Kuncinya adalah perjanjian tentang jaminan keamanan internasional untuk Ukraina. Hanya dengan perjanjian ini kita dapat mengakhiri perang sesuai kebutuhan Ukraina," kata Podolyak, mengacu pada posisi lama Pemerintah Ukraina, negara itu akan mengadopsi status netral hanya jika diberikan jaminan keamanan mengikat, seperti melansir CNN.
Isu kedua, Podolyak menambahkan, "adalah isu gencatan senjata, sehingga semua masalah kemanusiaan bisa diselesaikan." Para pejabat Ukraina mengatakan ada krisis kemanusiaan besar di kota-kota yang telah dibombardir berat Rusia, termasuk pelabuhan Mariupol yang terkepung.
BACA JUGA:
Podolyak juga menyinggung video dan bukti lain yang muncul, tentang perlakuan buruk terhadap tahanan dan potensi pelanggaran hukum konflik bersenjata lainnya.
"Saya juga ingin menekankan bahwa hari ini kita memiliki masalah lain yang berkembang, masalah eskalasi perang, eskalasi kebencian, eskalasi pelanggaran adat dan aturan perang, tidak hanya di medan perang," ungkap Podolyak.
"Kadang-kadang seruan dari kedua belah pihak untuk menghancurkan satu atau negara lain. Semua ini mengarah pada konflik, hingga video pelanggaran Konvensi Jenewa tentang tawanan perang," tambahnya, mengatakan militer Ukraina berkomitmen untuk memastikan itu tidak terjadi lagi, memiliki konsekuensi hukum bagi orang-orang yang melanggar aturan perang."