JAKARTA - Ukraina menargetkan mampu mencapai gencatan senjata dalam pembicaraan damai dengan Rusia yang dilanjutkan hari ini di Istanbul, saat jumlah korban warga sipil disebut terus bertambah meski sukses menahan invasi pasukan Moskow.
Invasi selama lebih dari sebulan, yang terbesar di negara Barat sejak Perang Dunia Kedua, telah menyebabkan lebih dari 3,8 juta orang melarikan diri ke luar negeri, menyebabkan ribuan orang tewas atau terluka, dan membawa isolasi ekonomi Rusia.
Hampir 5.000 orang tewas, termasuk sekitar 210 anak-anak, di kota pelabuhan Mariupol di tengah pemboman berat Rusia, menurut angka dari walikota. Selain itu, sekitar 160.000 orang dikatakan terjebak di sana. Reuters tidak dapat segera memverifikasi angka-angka tersebut.
Orang-orang yang selamat telah menceritakan kisah-kisah mengerikan, tentang orang-orang yang sekarat karena kurangnya perawatan medis, mayat-mayat dikuburkan di mana pun dapat ditemukan, dan wanita melahirkan di ruang bawah tanah.
"Tidak ada makanan untuk anak-anak, terutama bayi. Mereka melahirkan bayi di ruang bawah tanah karena perempuan tidak punya tempat untuk melahirkan, semua rumah sakit bersalin hancur," seorang pekerja bahan makanan dari Mariupol yang hanya menyebut namanya sebagai Nataliia mengatakan kepada Reuters setelah mencapai Zaporizhzhia di dekatnya, melansir Reuters 29 Maret.
Di kota-kota Ukraina yang terkepung di mana kondisinya sangat buruk, ancaman serangan Rusia memblokir rute keluar bagi warga sipil, kata dua pejabat Ukraina.
PBB mengatakan telah mampu membawa makanan dan pasokan medis ke Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina dan salah satu yang paling terpukul.
Walikota Irpin, dekat Kyiv, mengatakan pasukan Ukraina kembali memegang kendali penuh dan seorang pejabat pertahanan AS mengatakan Ukraina juga telah merebut kembali kota timur Trostyanets, selatan Sumy, dan terus mencoba untuk merebut kembali wilayah tersebut.
Sementara itu, Delegasi Ukraina yang tiba di Istanbul, Turki untuk melanjutkan pembicaraan damai hari ini, menargetkan disetujuinya gencatan senjata, menurut Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba.
"Program minimum adalah pertanyaan kemanusiaan, dan program maksimum adalah mencapai kesepakatan tentang gencatan senjata," kata Menlu Kuleba.
"Kami tidak memperdagangkan orang, tanah, atau kedaulatan," tegasnya.
Berbeda dengan Menlu Kuleba, penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina Vadym Denysenko mengatakan sebelumnya bahwa dia meragukan "akan ada terobosan pada masalah utama."
Adapun Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan pembicaraan sejauh ini belum menghasilkan terobosan substansial, tetapi penting untuk dilanjutkan secara langsung. Dia menolak memberikan informasi lebih lanjut, dengan mengatakan bahwa hal itu dapat mengganggu proses.
Hambat invasi
Pembicaraan damai yang dilanjutkan hari ini setelah sebulan lebih invasi, dilakukan di tengah terhambatnya gerak maju invasi pasukan Rusia, seiring dengan perlawanan yang diberikan Ukraina.
"Kami telah menghancurkan mitos tentara Rusia yang tak terkalahkan. Kami melawan agresi salah satu tentara terkuat di dunia dan telah berhasil membuat mereka mengubah tujuan mereka," kata Wali Kota Kyiv Vitali Klitschko.
Dia mengatakan 100 orang telah tewas di ibu kota, termasuk empat anak-anak, dan 82 gedung bertingkat telah dihancurkan. Itu tidak mungkin untuk memverifikasi angka-angka.
Militer Rusia pekan lalu mengisyaratkan akan berkonsentrasi pada perluasan wilayah yang dikuasai oleh separatis di Ukraina timur, tetapi Ukraina mengatakan tidak melihat tanda-tanda Rusia telah menghentikan rencana untuk mengepung ibu kota.
Terpisah, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pembicaraan seharusnya tidak berakhir "menjual Ukraina", mencatat "penyelesaian yang tidak mudah" yang membuatnya rentan setelah Rusia mencaplok Krimea.
BACA JUGA:
Sementara, Kementerian pertahanan Inggris mengatakan tidak ada perubahan besar dalam posisi Rusia dalam 24 jam terakhir, dengan sebagian besar keuntungan Rusia di dekat Mariupol dan pertempuran sengit sedang berlangsung di sana.
Di tempat lain, konvoi lapis baja Rusia macet, dengan kesulitan memasok dan membuat sedikit atau tidak ada kemajuan.
"Mulai hari ini, musuh sedang menyusun kembali pasukannya, tetapi mereka tidak dapat maju ke mana pun di Ukraina," tukas Wakil Menteri Pertahanan Ukraina Hanna Malyar.