Ada Oleksii Reznikov, Menteri Pertahanan yang Mantan Pasukan Terjun Payung Soviet di Balik Alotnya Perlawanan Ukraina Terhadap Rusia
Tank tentara Rusia yang di Ukraina. (Wikimedia Commons/gur.gov.ua/Головне управління розвідки Міністерства оборони України)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia belum juga berhasil menguasai satu pun kota besar di Ukraina, termasuk ibukota Kyiv, meski terus melakukan penyerangan, pemboman dan pengepungan sejak invasi pada 24 Februari lalu.

Dalam unggahannya di Facebook mengutip Ukrinform 18 Maret, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengumumkan berhasil menewaskan sekitar 14.000 tentara pada rentang waktu 24 Februari hingga 17 Maret kemarin.

Tak hanya itu, Rusia juga disebut kehilangan 444 tank, 1.435 kendaraan tempur lapis baja, 201 sistem artileri, 72 MLRS, 43 sistem pertahanan udara, 86 pesawat, 108 helikopter, 864 helikopter, 364 kendaraan, tiga kapal/perahu, 60 tanker bahan bakar dan 11 UAV taktikal.

Juru Bicara Kementerian Pertahanan Ukraina Oleksandr Motuzyanyk mengatakan, pasukan Rusia tidak membuat kemajuan signifikan di sekitar Kyiv dalam 24-48 jam terakhir dan telah menggunakan penembakan "kacau".

"Angkatan bersenjata Ukraina melakukan segala upaya untuk menghentikan serangan musuh dari daerah itu," katanya dalam konferensi pers di Kyiv, melansir Reuters, menambahkan beberapa bangunan tempat tinggal telah dirusak oleh rudal yang jatuh, menyebabkan kematian warga sipil.

Sementara, intelijen militer Inggris mengatakan pada Hari Kamis, invasi Moskow sebagian besar terhenti di semua lini, dengan pasukan Rusia menderita kerugian besar dan membuat kemajuan minimal di darat, laut atau udara dalam beberapa hari terakhir.

"Perlawanan Ukraina tetap kukuh dan terkoordinasi dengan baik.Sebagian besar wilayah Ukraina, termasuk semua kota besar, tetap berada di tangan Ukraina," sebut Kementerian Pertahanan Inggris.

tank rusia
Tank Rusia terperangkap di jembatan yang dihancurkan di Ukraina. (Wikimedia Commons/mvs.gov.ua/Міністерство внутрішніх справ України)

Di balik alotnya usaha Rusia memerangi Ukraina, ada sosok Menteri Pertahanan Oleksii Reznikov, mantan pasukan terjun payung Soviet yang memimpin langsung perlawanan Ukraina.

Diangkat empat bulan lalu, Oleksii Reznikov mempublikasikan laporan mengerikan tentang dugaan kekejaman Rusia di Ukraina, untuk menggalang penduduk negara itu untuk melawan serangan gencar.

"Sekarang adalah masa pencobaan bagi generasi kita. Dan kami melewati mereka dengan bermartabat," katanya dalam seruan kepada rakyat Ukraina minggu ini, mengutip The National News.

Reznikov, yang berusia 55 tahun dan lahir di Lviv di Ukraina barat, menghabiskan dua tahun pada medio 1980-an bertugas di Pasukan Parasut Lintas Udara Angkatan Udara Soviet, dikenal sebagai pemain ski amatir dan penyelam scuba.

Setelah meninggalkan militer, ia menyelesaikan gelar sarjana hukum di Lviv yang kemudian membawanya ke jantung krisis politik di Ukraina pasca-Soviet.

Terjun ke politik, Reznikov adalah pejabat senior di pemerintah kota Kyiv dan mewakili Ukraina dalam delegasi otoritas regional ke Dewan Eropa.

Ketika Zelenskyy berkuasa pada 2019, dia menunjuk Reznikov sebagai negosiator dalam pembicaraan sensitif Ukraina dengan Rusia, Prancis dan Jerman, sebuah kelompok empat arah yang dikenal sebagai format Normandia.

Reznikov, yang kemudian ditunjuk sebagai wakil perdana menteri, mengklaim berhasil menyetujui gencatan senjata di wilayah Donbass yang disengketakan di Ukraina timur, tetapi menuduh Rusia tidak memiliki keinginan untuk mengakhiri perang dan gencatan senjata akhirnya gagal dipertahankan.

oleksii reznikov
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov. (Twitter/@oleksiireznikov)

Pada saat Reznikov dipindahkan ke kementerian pertahanan pada November 2021, Rusia mulai mengumpulkan pasukan di perbatasan Ukraina dalam peningkatan yang membuat ketegangan meningkat lagi.

Reznikov berusaha menenangkan ketakutan akan invasi dan mengatakan kepada penduduk Ukraina pada awal Februari, tidak perlu mengepak koper atau melarikan diri dari negara itu.

Tapi, begitu Rusia melakukan invasi pada 24 Februari, dia didorong ke dalam peran mengorganisir perlawanan Ukraina dan mengatakan kepada pasukan Rusia ketika mereka mulai kehilangan tank dan pesawat: "Selamat datang di neraka."

Dalam pembaruan hampir setiap hari, dia telah berbicara tentang kemarahannya atas serangan gencar Rusia dan kebanggaannya terhadap perlawanan Ukraina yang menurut pejabat barat telah berhasil memperlambat invasi.

Pembakaran helikopter musuh dan pemakaman tentara Rusia adalah "demonstrasi dari apa yang sekarang terjadi pada pasukan pendudukan," katanya dalam sebuah pidato pada hari Rabu.

"Banyak tantangan masih terbentang di depan. Musuh akan menyakiti kita, menghancurkan sebagian dari hal-hal yang kita cintai. Tetapi, setiap hari kami mengambil langkah untuk menghancurkan musuh ini dan hidup bebas," tegasnya.