Perundingan Damai Ukraina-Rusia: Presiden Zelensky Sebut Lebih Realistis, Menlu Lavrov Bilang Mendekati Kesepakatan
Regu penyelamat memadamkan api di gedung yang terbakar akibat serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Pembicaraan baru tentang kompromi Moskow dan Kyiv terkait status Ukraina di luar NATO, mengangkat harapan pada Hari Rabu untuk terobosan potensial setelah tiga minggu perang.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan negosiasi menjadi lebih realistis, sementara Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan proposal yang sekarang sedang dibahas mendekati kesepakatan.

"Pertemuan berlanjut, dan, saya diberitahu, posisi selama negosiasi sudah terdengar lebih realistis," ungkap Presiden Zelensky dalam pidato video semalam, melansir Reuters 17 Maret.

Kremlin mengatakan kedua pihak sedang mendiskusikan status Ukraina yang serupa dengan Austria atau Swedia, keduanya anggota Uni Eropa yang berada di luar aliansi militer NATO.

Kepala delegasi perunding Ukraina mengatakan, Kyiv masih menuntut gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia. Tanda-tanda kompromi mengirim bantuan melalui pasar keuangan global.

Dalam apa yang dilihat sebagai perubahan besar, Presiden Zelensky mengatakan pada Hari Selasa, Ukraina dapat menerima jaminan keamanan internasional yang menghentikan tujuan lama untuk bergabung dengan NATO.

Menjauhkan Ukraina dari aliansi militer Barat adalah salah satu tuntutan utama Rusia, sebelum melancarkan apa yang disebutnya operasi khusus untuk melucuti senjata dan 'mendenazifikasi' tetangganya.

"Status netral sekarang sedang dibahas secara serius, tentu saja, dengan jaminan keamanan. Ada formulasi yang benar-benar spesifik yang menurut saya mendekati kesepakatan," terang Menlu Lavrov.

Terpisah, Vladimir Medinsky, kepala negosiator Rusia, mengatakan kepada TV pemerintah: "Ukraina menawarkan versi Austria atau Swedia dari negara demiliterisasi netral, tetapi pada saat yang sama sebuah negara dengan tentara dan angkatan lautnya sendiri."

ukraina
Petugas penyelamat Ukraina mengevakuasi warga dari bangunan yang terkena serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.go.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan gagasan itu "benar-benar dapat dilihat sebagai kompromi". Diketahui, Austria dan Swedia, yang terbesar dari enam anggota UE di luar NATO, keduanya memiliki militer kecil yang bekerja sama dengan aliansi tersebut.

Sementara, kepala perunding Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan Kyiv sedang mencari pembicaraan langsung antara Presiden Zelensky dan Presiden Putin. Moskow mengatakan, mereka bisa bertemu tetapi hanya untuk menyelesaikan kesepakatan yang sudah disepakati.

"Posisi kami dalam negosiasi cukup spesifik, jaminan keamanan yang diverifikasi secara hukum; gencatan senjata; penarikan pasukan Rusia. Ini hanya mungkin dengan dialog langsung antara kepala Ukraina dan Federasi Rusia," tukas Podolyak.

Diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin, yang memerintahkan pasukannya ke Ukraina pada 24 Februari, mengatakan Moskow siap untuk membahas status netral bagi tetangganya.

Tetapi, Presiden Putin juga mengatakan Rusia akan mencapai tujuannya di Ukraina dan tidak akan tunduk pada apa yang disebutnya sebagai upaya Barat untuk mencapai dominasi global dan memecah belah Rusia. Operasi militer itu "berjalan sesuai rencana," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.

Kendati demikian, memasuki hari ke-21 invasi, pertumpahan darah terjadi di banyak tempat, ketika pasukan Rusia mengepung dan membombardir

Amerika Serikat mengatakan pasukan Rusia telah menembak dan membunuh 10 orang yang mengantre roti di kota Chernihiv. AS tidak mengutip bukti serangan itu dan Rusia tidak mengomentari tuduhan itu, yang dibuat dalam pernyataan Kedutaan Besar AS.

Sementara, Gubernur Zaporizhzhia Ukraina mengatakan, pasukan Rusia telah menembakkan artileri berat ke konvoi pengungsi dari kota pelabuhan selatan Mariupol, melukai lima orang. Militer Ukraina mengatakan anak-anak termasuk di antara korban.

Tiga minggu setelah konflik, pasukan Rusia telah dihentikan di gerbang Kyiv, setelah mengalami kerugian besar dan gagal merebut salah satu kota terbesar Ukraina, dalam perang yang menurut para pejabat Barat diharapkan Moskow akan menang dalam beberapa hari.