Media Rusia Klaim Temukan Sertifikat Pelatihan Inggris untuk Tentara Ukraina, Meliputi Keahlian Senjata hingga Medis
Ilustrasi pelatihan militer Ukraina tahun 2018. (Wikimedia Commons/Mil.gov.ua/Міністерство оборони України)

Bagikan:

JAKARTA - Resimen Tank Kerajaan Inggris (RTR), unit tank tertua di dunia, terlibat dalam pelatihan tentara Ukraina yang bertempur di Donbass, menurut Dokumen yang diperoleh Sputnik.

Mengutip Sputnik News 24 Maret, seorang koresponden mereka menemukan dokumen di Kota Volnovakha yang dibebaskan di Wilayah Donetsk. Salah satu dokumen yang ditemukan adalah sertifikat pelatihan militer.

Dikeluarkan oleh Royal Tank Regiment, sertifikat tersebut atas nama Borys Kazarian yang dinyatakan telah menyelesaikan kursus pelatihan sersan junior di bawah instruktur Inggris.

Berdasarkan sertifikat tersebut, materi yang dilatihkan meliputi Weapon Training, Navigation, Medical Training dan Pairs Movement.

Melansir Almayadeen, pelatihan berlangsung dari 17 Oktober 2018 hingga 2 November 2018, sesuai dengan sertifikat yang ditandatangani oleh Kolonel M. Evans dari Resimen Tank Kerajaan Inggris.

Terpisah, Kantor PM Inggris Boris Johnson mengumumkan negaranya akan memasok 6.000 rudal dan 25 juta poundsterling, untuk kebutuhan mendesak militer Ukraina, Rabu kemarin.

"Perdana Menteri Boris Johnson akan mengumumkan paket dukungan baru yang besar untuk Ukraina hari ini (Kamis) di pertemuan para pemimpin NATO dan G7. Langkah-langkah yang diumumkan hari ini termasuk 6.000 rudal, yang terdiri dari senjata anti-tank dan bahan peledak tinggi dan 25 juta poundsterling dalam bentuk dukungan keuangan untuk militer Ukraina," kata pernyataan itu.

"Perdana Menteri akan menyatakan niat Inggris untuk bekerja dengan mitra untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina, termasuk penargetan dan intelijen jarak jauh, ketika rakyat Ukraina menghadapi invasi yang tidak beralasan," lanjut kantor itu.

Diketahui, Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari, sebagai tanggapan atas seruan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk untuk perlindungan terhadap serangan pasukan Ukraina.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan operasi militer khusus, yang juga menargetkan infrastruktur militer Ukraina, bertujuan untuk demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina. Rusia mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina.

Sebagai tanggapan, banyak negara di seluruh dunia, termasuk di Barat, telah memberlakukan berbagai sanksi yang melumpuhkan terhadap Rusia.