JAKARTA - AS dan sekutunya termasuk NATO memang memilih tak berkonflik langsung dengan Rusia di wilayah Ukraina. Tapi para sekutu itu terus mengirim senjata supaya bisa dipakai Ukraina melawan pasukan Vladimir Putin.
Rusia gerah juga dengan situasi ini.
Kedutaan Rusia di Washington memperingatkan Departemen Luar Negeri AS kalau pengiriman senjata yang terus berlanjut ke Ukraina dari AS dan NATO dapat menyebabkan 'konsekuensi yang tidak dapat diprediksi, seperti dilansir dari New York Post, Sabtu 16 April.
Catatan diplomatik ini tersebar bersamaan ketika Presiden AS Joe Biden mengumumkan $800 juta bantuan militer tambahan ke Ukraina. Itu sudah termasuk senjata berat, drone pembunuh dan helikopter Mi-17 buatan Soviet.
Dalam dokumen tersebut, yang salinannya ditinjau ulang Washington Post, Rusia meminta AS dan sekutunya segera menghentikan militerisasi yang tidak bertanggung jawab di Ukraina. Rusia melempar ancaman kalau ada konsekuensi tak terduga bagi keamanan regional dan internasional.
Kremlin juga menuduh NATO dan AS melanggar "prinsip-prinsip ketat" mengenai pengangkutan senjata ke zona konflik, dengan mengatakan ada ancaman "senjata presisi tinggi jatuh ke tangan nasionalis radikal, ekstremis, dan pasukan bandit di Ukraina."
BACA JUGA:
Dikutip dari BBC, media ini juga bilang SAS, korps pasukan khusus Inggris yang terkenal, telah melatih tentara Ukraina di wilayah Kyiv. Sumber militer Ukraina mengatakan kepada The Times of London.
Perwira dari dua batalyon mengatakan bahwa ada pasukan SAS memimpin sesi pelatihan minggu lalu dan minggu sebelumnya.
Seorang komandan mengatakan para pelatih menunjukkan cara menggunakan NLAW, sejenis rudal anti-tank Inggris.