Perundingan Damai Istanbul: Rusia Janji Kurangi Operasi Militer, Ukraina Usul Status Netral Tanpa Aliansi Politik-Militer
Perundingan damai Rusia dengan Ukraina di Istanbul, Turki. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bagikan:

JAKARTA - Kabar positif datang dari Istanbul, tempat pembicaraan damai Rusia dan Ukraina digelar Hari Selasa, dengan Rusia berjanji mengurangi operasi militernya dan Ukraina mengusulkan status netral.

Pembicaraan di sebuah istana di Istanbul terjadi ketika invasi Rusia telah dihentikan di sebagian besar front oleh perlawanan yang kuat, dengan Ukraina merebut kembali wilayah dalam serangan balik, saat warga sipil terjebak di kota-kota yang terkepung.

"Untuk meningkatkan rasa saling percaya dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk negosiasi lebih lanjut, mencapai tujuan akhir dari menyetujui dan menandatangani (sebuah) kesepakatan, keputusan dibuat untuk secara radikal, dengan margin besar, mengurangi aktivitas militer di arah Kyiv dan Chernihiv," ujar Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin kepada wartawan, melansir Reuters 29 Maret.

Staf Umum Rusia akan mengungkapkan lebih detail tentang keputusan tersebut setelah delegasi Rusia kembali ke Moskow, Fomin menambahkan. Pembicaraan yang diadakan di Istanbul pada hari Selasa adalah pertemuan tatap muka pertama antara kedua pihak sejak 10 Maret.

Sementara itu, Usulan Ukraina pada pembicaraan tersebut adalah yang paling rinci yang telah ditayangkan oleh kedua belah pihak secara terbuka.

Negosiator Ukraina mengatakan, di bawah proposal mereka, Ukraina akan setuju untuk tidak bergabung dengan aliansi atau menjadi pangkalan tuan rumah pasukan asing, tetapi akan memiliki keamanan yang dijamin dalam hal yang mirip dengan 'Pasal 5', klausul pertahanan kolektif NATO.

Dalam hal ini, Ukraina mengidentifikasi Israel dan anggota NATO Kanada, Polandia dan Turki sebagai negara yang dapat membantu memberikan jaminan tersebut. Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Italia juga bisa memberikan jaminan.

Usulan itu akan mencakup periode konsultasi 15 tahun tentang status Krimea yang dicaplok Rusia, dan hanya bisa berlaku jika terjadi gencatan senjata lengkap, kata para perunding.

Adapun mengenai nasib wilayah Donbas tenggara, yang Rusia tuntut agar Ukraina diserahkan kepada separatis, akan disisihkan untuk dibahas oleh para pemimpin Ukraina dan Rusia, tambah mereka. Setiap kesepakatan damai akan membutuhkan referendum di Ukraina.

Negosiator top Rusia Vladimir Medinsky mengatakan, dia akan memeriksa proposal Ukraina dan melaporkannya kepada Presiden Vladimir Putin. Sedangankan negosiator Ukraina menyerukan pertemuan antara Presiden Putin dan Presiden Volodymyr Zelenskiy.

"Jika kita berhasil mengkonsolidasikan ketentuan-ketentuan kunci ini, maka Ukraina akan berada dalam posisi untuk benar-benar memperbaiki statusnya saat ini sebagai negara non-blok dan non-nuklir dalam bentuk netralitas permanen," ujar delegasi Ukraina Oleksander Chaly.

"Kami tidak akan menjadi tuan rumah pangkalan militer asing di wilayah kami, serta mengerahkan kontingen militer di wilayah kami, dan kami tidak akan masuk ke dalam aliansi militer-politik," katanya. Latihan militer akan dilakukan dengan persetujuan negara-negara penjamin.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sempat berbicara di hadapan delegasi kedua negara. Turki yang merupakan anggota NATO, berbagi perbatasan laut dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam, memiliki hubungan baik dengan keduanya dan telah menawarkan untuk menengahi konflik. Sementara menyebut invasi Moskow tidak dapat diterima, Ankara juga menentang sanksi Barat.