Bagikan:

JAKARTA - Ukraina bereaksi dengan skeptis terhadap janji Rusia dalam negosiasi untuk mengurangi operasi militer di sekitar Kyiv dan kota lain, dalam perundingan damai di Turki kemarin.

Pembicaraan berlangsung di sebuah istana di Istanbul, lebih dari sebulan setelah serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua yang telah menewaskan atau melukai ribuan orang, memaksa hampir 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri dan memukul ekonomi Rusia dengan sanksi.

Invasi telah dihentikan di sebagian besar front oleh perlawanan keras dari pasukan Ukraina yang telah merebut kembali wilayah, sementara warga sipil terjebak di kota-kota yang terkepung.

"Untuk meningkatkan rasa saling percaya dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk negosiasi lebih lanjut dan mencapai tujuan akhir dari menyetujui dan menandatangani (sebuah) kesepakatan, keputusan dibuat untuk secara radikal, dengan margin besar, mengurangi aktivitas militer di arah Kyiv dan Chernihiv," ujar Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin kepada wartawan usai perundingan kemarin, melansir Reuters 30 Maret.

Dia tidak menyebutkan daerah lain yang telah mengalami pertempuran sengit, termasuk di sekitar Mariupol di tenggara, Sumy dan Kharkiv di timur, serta Kherson dan Mykolaiv di selatan.

"Ukraina bukan orang yang naif," sebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Selasa malam.

"Ukraina telah belajar selama 34 hari invasi ini, dan selama delapan tahun terakhir perang di Donbass, bahwa satu-satunya hal yang dapat mereka percayai adalah hasil nyata," paparnya.

Sementara itu, Rusia telah mulai memindahkan pasukan dalam jumlah yang sangat kecil dari posisi di sekitar Kyiv dalam sebuah langkah yang lebih merupakan reposisi daripada mundur atau mundur dari perang, kata Pentagon pada hari Selasa.

"Kita semua harus bersiap untuk waspada terhadap serangan besar-besaran terhadap wilayah lain di Ukraina," ujar juru bicara John Kirby dalam jumpa pers.

"Itu tidak berarti bahwa ancaman terhadap Kyiv sudah berakhir," tandasnya.

volodymyr zelensy
Presiden Volodymyr Zelensky. (Twitter/@ZelenskyyUa)

Terpisah, Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijen mengatakan: "Sangat mungkin bahwa Rusia akan berusaha mengalihkan kekuatan tempur dari utara ke ofensif mereka di wilayah Donetsk dan Luhansk di timur."

Reuters tidak dapat segera memverifikasi klaim yang dibuat oleh kedua belah pihak.

Diketahui, beberapa analis mencatat janji Rusia untuk mengurangi pertempuran sebagian besar mencakup daerah-daerah di mana mereka telah kehilangan kekuatan.

Staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan, janji Rusia untuk membatasi operasi militer di beberapa daerah "mungkin rotasi unit individu dan bertujuan untuk menyesatkan."

Adapun militer Rusia menuduh pasukan Ukraina di kota-kota yang diserang, menggunakan gencatan senjata untuk memulihkan kesiapan tempur mereka, mendirikan mendirikan titik tembak di rumah sakit dan sekolah, sebut kantor berita Interfax.

Untuk diketahui, dalam perundingan kemarin Ukraina menyodorkan proposal, di mana Kyiv akan setuju untuk tidak bergabung dengan aliansi atau menjadi tuan rumah pangkalan pasukan asing. Tetapi akan memiliki keamanan yang dijamin dalam hal yang mirip dengan "Pasal 5", klausul pertahanan kolektif dari aliansi militer NATO transatlantik.

Mereka menyebut Israel dan anggota NATO Kanada, Polandia dan Turki sebagai negara yang dapat memberikan jaminan tersebut. Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan Italia juga bisa terlibat.

Proposal, yang akan membutuhkan referendum di Ukraina, juga menyebutkan periode konsultasi 15 tahun tentang status Krimea, yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014.

Sedangkan nasib wilayah Donbass tenggara, yang Rusia tuntut agar Ukraina diserahkan kepada separatis, akan dibahas oleh para pemimpin Ukraina dan Rusia.

Dari kubu Rusia, pemimpin delegasi Vladimir Medinsky mengatakan pihak Rusia akan mempelajari dan mempresentasikan proposal tersebut kepada Presiden Putin. Untuk mempersiapkan perjanjian damai, Medinsky kemudian mengatakan kepada kantor berita TASS, "Perjalanan kita masih panjang."