Bagikan:

JAKARTA - Pengawas komunikasi Rusia mengingatkan seluruh media di negara tersebut pada Hari Minggu, untuk menahan diri, tidak melaporkan wawancara yang dilakukan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Pada kesempatan yang sama, Dinas Federal untuk Penaungan Komunikasi, Teknologi Informasi dan Media Massa (Roskomnadzor) mengungkapkan, pihaknya telah memulai penyelidikan ke outlet yang telah mewawancarai pemimpin Ukraina.

Dalam pernyataan singkat yang didistribusikan oleh pengawas di media sosial dan diunggah di situs webnya, dikatakan sejumlah outlet Rusia telah melakukan wawancara dengan Presiden Zelensky.

"Roskomnadzor memperingatkan media Rusia tentang perlunya menahan diri untuk tidak mempublikasikan wawancara ini," sebut badan federal Rusia tersebut, melansir Reuters 28 Maret.

Tidak ada keterangan dari lembaga tersebut mengenai alasan pelarangan. Sementara, jaksa Rusia mengatakan pendapat hukum akan dibuat atas pernyataan yang dibuat dalam wawancara dan legalitas penerbitan wawancara.

Diketahui, Presiden Zelensky berbicara dengan beberapa publikasi Rusia. Terbaru, ia melakukannya kemarin terkait dengan kesiapan untuk pembahasan mengenai Donbass.

Ukraina bersedia menjadi netral dan berkompromi atas status wilayah Donbass timur sebagai bagian dari kesepakatan damai, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan pada Hari Minggu

Presiden Zelensky menyampaikan pesannya langsung kepada jurnalis Rusia dalam panggilan video, dengan mengatakan bahwa kesepakatan apa pun harus dijamin oleh pihak ketiga dan dimasukkan ke dalam referendum.

"Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kami. Kami siap untuk melakukannya," katanya, berbicara dalam bahasa Rusia

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Zelensky mengatakan Ukraina menolak untuk membahas tuntutan tertentu Rusia lainnya, seperti demiliterisasi negara itu.

Berbicara lebih dari sebulan setelah Rusia menginvasi Ukraina, Presiden Zelensky mengatakan tidak akan ada kesepakatan damai tanpa gencatan senjata dan penarikan pasukan.

Dia mengesampingkan upaya untuk merebut kembali semua wilayah yang dikuasai Rusia dengan paksa, dengan mengatakan itu akan mengarah pada perang dunia ketiga. dan mengatakan dia ingin mencapai "kompromi" atas wilayah Donbass timur, yang dikuasai oleh pasukan yang didukung Rusia sejak 2014.

Untuk diketahui, invasi yang telah berlangsung lebih dari sebulan menghancurkan beberapa kota Ukraina, menyebabkan krisis kemanusiaan besar dan menelantarkan sekitar 10 juta orang, hampir seperempat dari populasi Ukraina.

Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengkonfirmasi 1.119 kematian warga sipil dan 1.790 cedera di seluruh Ukraina tetapi mengatakan jumlah sebenarnya kemungkinan akan lebih tinggi. Ukraina mengatakan pada Hari Minggu 139 anak telah tewas dan lebih dari 205 terluka sejauh ini dalam konflik.