JAKARTA - Komandan militer Ukraina menyebut tank ringan pemberian Prancis memiliki persenjataan yang baik, tetapi tidak cocok untuk mendukung serangan balasan yang tengah dilakukan terhadap Rusia.
Ukraina diketahui terus meminta dukungan senjata dan pelatihan dari sekutu Barat, saat mereka melakukan serangan balasan untuk merebut kembali sekitar 18 persen wilayahnya yang diduduki Rusia, memanfaatkan kebingungan dan semangat rendah pasukan Moskow.
Prancis diketahui mengirimkan tank ringan AMX-10 RC ke Ukraina. Memiliki sejumlah keunggulan, namun kendaraan lapis baja tersebut juga memiliki kekurangan untuk mendukung serangan balasan militer Ukraina.
"Tank-tank ini digunakan untuk mendukung tembakan, karena lapis baja mereka yang ringan," menurut Komandan sebuah batalion Brigade Infanteri Angkatan Laut ke-37 dengan nama samaran Mayor Spartanets, menggambarkan pengamatannya terhadap tank tersebut saat dikerahkan ke wilayah Donetsk, dikutip dari Euronews dan AFP 3 Juli.
"Persenjataan mereka bagus, instrumen pengamatan mereka sangat bagus. Tapi sayangnya adalah lapisan bajanya tipis, yang membuatnya tidak cocok," sambungnya.
Pada Bulan Januari, Presiden Prancis Emmanuel Macron menjanjikan pengiriman kendaraan lapis baja pengintai yang sangat mobile ini, dilengkapi dengan meriam 105mm yang tangguh. Empat bulan kemudian, kendaraan ini sudah beroperasi di garis depan, menurut pemerintah Ukraina.
Namun, dalam perang berintensitas tinggi yang ditandai dengan serangan artileri berat yang terus-menerus, lapisan bajanya yang tipis terbukti menjadi kelemahan utama, menurut Mayor Spartanets.
"Sebuah peluru meledak di samping kendaraan, pecahannya menembus lapis baja dan persediaan amunisi (di tank) meledak," ungkapnya.
"Sayangnya, empat kru tetap berada di dalam. Mereka tewas di dalam kendaraan lapis baja," lanjutnya.
Lebih jauh Mayor Spartanets menerangkan, sejumlah AMX-10 RC juga mengalami masalah dengan gearbox, yang menurut penilainnya, karena digunakan di jalan tanah.
"Mengirim kendaraan-kendaraan ini (melakukan serangan balasan) untuk dihancurkan tidak ada gunanya karena itu adalah risiko terutama bagi para kru," kata perwira itu, tanpa menyebutkan jumlah kendaraan lapis baja Prancis di brigadenya, menolak menunjukkan kepada AFP tank AMX-10 RC yang dikerahkan di garis depan.
Mayor Spartanets sendiri mengklaim, tentaranya menjalani pelatihan selama sebulan di Prancis untuk mempelajari cara menggunakan kendaraan itu, kendati belum cukup untuk mampu menguasainya.
Menurutnya, lapis baja kendaraan angkut ringan Oshkosh dari Amerika dan Husky dari Inggris, yang juga dikirim ke Kyiv, lebih cocok dan efektif daripada AMX-10 RC. Keduanya dirancang untuk tahan terhadap bahan peledak dan penyergapan.
Dia menunjukkan kepada AFP dua Oshkosh yang digunakan oleh unitnya. Salah satunya mengalami sedikit kerusakan pada bagian kap mesin akibat pecahan peluru.
"Selain itu, dari segi perlindungan, kendaraan ini sangat keren," sebut Spartanets.
"Ketika sebuah Oshkosh meledak di ranjau, sebuah roda bisa saja terlepas, tapi infanteri tidak khawatir," jelasnya. Sebaliknya, ketika kendaraan angkut yang dirancang Soviet, seperti BMP atau BMD, melindas ranjau, "sangat menyedihkan bagi kru dan kendaraannya".
Terpisah, pakar militer Prancis Michel Goya menuliskan di Twitter pada Bulan Januari, mobilitas tinggi kendaraan lapis baja ini membuatnya sangat berguna "untuk digunakan dalam unit 'brigade bantuan tembakan' di belakang garis depan" atau untuk mengeksploitasi celah di garis depan dengan cepat.
BACA JUGA:
Akan tetapi, AMX-10 RC tidak dirancang "untuk pertempuran melawan tank tempur dengan senjata yang lebih berat", tambahnya, dengan menunjukkan lapis baja tank tersebut terlalu 'lemah' untuk menghadapi "semua persenjataan antitank di medan perang modern".
Sementara itu, situs web Oryx, yang melacak kehilangan peralatan di kedua belah pihak berdasarkan gambar yang dipublikasikan secara bebas di internet, mengklaim setidaknya tiga AMX-10 RC telah "ditinggalkan" setelah tidak dapat digunakan selama pertempuran di garis depan.
Menurut militer Prancis, AMX-10 RC yang memiliki bobot sekitar 20 ton, terlindung dari senjata infanteri ringan. Dikembangkan pada tahun 1970-an, kendaraan ini secara bertahap digantikan oleh kendaraan lapis baja yang lebih modern, yaitu Jaguar.