Belum Ada Calon yang Didukung Bersama, Masa Jabatan Sekjen NATO Stoltenberg Bakal Diperpanjang?
Jens Stoltenberg bersama Kepala Negara dan Pemerintahan NATO dalam KTT Madrid 2022. (Wikimedia Commons/Vlada Republike Slovenije)

Bagikan:

JAKARTA - Masa jabatan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg berpeluang diperpanjang, saat pejabat-pejabat senior dari anggota aliansi tidak menutup gagasan itu, sementara belum ada bakal calon yang didukung bersama.

Sejatinya, masa jabatan Stoltenberg yang telah diperpanjang akan berakhir pada September mendatang, setelah sembilan tahun menjabat Sekjen NATO sejak 1 Oktober 2014. Satu periode masa jabatan Sekjen NATO adalah empat tahun.

Aliansi militer tersebut telah berjuang untuk menemukan penerus yang dapat memenangkan konsensus yang diperlukan di antara 31 anggotanya, mulai dari Amerika Serikat, Eropa hingga Turki.

Ditanya apakah dia telah dibujuk untuk tetap tinggal selama kunjungan ke Washington minggu ini, Stoltenberg mengatakan: "Saya bertanggung jawab atas semua keputusan yang harus diambil aliansi ini kecuali satu. Dan itu tentang masa depan saya. Itu untuk 31 sekutu untuk memutuskan," ujarnya, seperti melansir Reuters 16 Juni.

Secara tradisional, jabatan ini diberikan diberikan kepada seorang tokoh politik senior Eropa. Tetapi, tidak ada yang dapat menduduki jabatan itu tanpa dukungan dari Amerika Serikat, kekuatan utama Organisasi Perjanjian Atlantik Utara.

jens stoltenberg
Sekjen NATO Jens Stoltenberg. (Wikimedia Commons/U.S. Secretary of Defense)

Stoltenberg yang sebelumnya menjabat sebagai PM Norwegia mengatakan pada Februari lalu, dirinya tidak mencari perpanjangan masa jabatannya.

Berbicara kepada wartawan pada Hari Kamis di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan NATO di Brussels, Stoltenberg menegaskan hal ini tetap berlaku.

Namun dia telah berulang kali menolak untuk mengatakan, apa yang akan dia lakukan jika diminta untuk tetap menjabat anggota NATO.

Di sisi lain, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace dan Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen disebut-sebut sebagai calon pengganti Stoltenberg.

Menteri Wallace mengatakan secara terbuka dia tertarik untuk menduduki jabatan tersebut, sedangkan PM Frederiksen telah diperlakukan sebagai pesaing serius meskipun bersikeras bahwa dia bukan kandidat, menurut para diplomat.

Tetapi, pada Hari Kamis PM Frederiksen menggambarkan gagasan Stoltenberg untuk tetap bertahan sebagai "solusi yang sangat bagus".

NATO
Pertemuan menteri NATO. (Twitter/@jensstoltenberg)

"Saya sangat menyukai pekerjaan saya dan saya berniat untuk mempertahankannya. Jadi tidak, saya tidak dalam perjalanan ke NATO," katanya kepada penyiar Denmark DR.

Peluang Menteri Wallace dianggap kecil, karena banyak anggota NATO berpendapat jabatan itu harus diberikan kepada mantan perdana menteri atau presiden, untuk memastikannya memiliki pengaruh politik tingkat atas, terutama ketika perang berkecamuk di ambang pintu aliansi.

Selain itu, banyak negara NATO juga bersikeras sudah saatnya aliansi tersebut memiliki kepala wanita pertamanya, merujuk Frederiksen, seorang Demokrat Sosial yang menjadi perdana menteri termuda Denmark pada 2019 dan kembali terpilih tahun lalu.

Sejumlah negara, khususnya di Eropa Barat, mengisyaratkan dukungan untuk Frederiksen, sementara yang lain menyatakan ketidakpuasan karena Denmark gagal mencapai tujuan NATO untuk membelanjakan 2 persen dari PDB untuk pertahanan.

Sedangkan beberapa negara lainnya, khususnya dari Eropa Timur, mengeluh dia akan menjadi kepala NATO ketiga berturut-turut yang berasal dari negara Nordik.

Terpisah, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan, jika tidak ada tanda-tanda aliansi akan mendukung salah satu sosok calon, dia menyambut baik perpanjangan Stoltenberg.

"Jika kita tidak menyetujui kandidat untuk suksesi, NATO tidak akan dapat melakukannya tanpa seorang sekretaris jenderal. Jadi saya secara alami mendukung perpanjangan, khususnya karena saya menghargai kerja sama (dengan Stoltenberg)," bebernya kepada wartawan.

Ditanya tentang perpanjangan Stoltenberg, Menteri Pertahanan Finlandia Antti Kaikkonen menjawab: "Pilihan itu tidak terdengar buruk di telinga saya."