Bagikan:

JAKARTA - PBB menyebut 2 juta orang telah mengungsi akibat konflik yang tengah berlangsung di Sudan, saat pejabat badan itu memperingatkan serangan yang meningkat di Darfur bisa menjadi "kejahatan terhadap kemanusiaan."

Sudan telah jatuh ke dalam kekacauan sejak pertengahan April ketika ketegangan selama berbulan-bulan antara militer pemerintah dengan para militer Rapid Support Forces (RSF), meledak menjadi pertempuran terbuka di ibu kota Khartoum dan di tempat lain di negara Afrika timur laut itu.

Pertempuran berlanjut tanpa henti Rabu di beberapa bagian ibu kota dan wilayah barat Darfur, di mana keduanya telah menyaksikan beberapa pertempuran terburuk. Setidaknya 959 warga sipil tewas dan sekitar 4.750 lainnya terluka hingga 12 Juni, menurut Sindikat Dokter Sudan, yang melacak korban sipil, dilansir dari Daily Sabah 16 Juni.

Bentrokan brutal telah memaksa lebih dari 1,6 juta orang meninggalkan rumah mereka ke daerah yang lebih aman di dalam Sudan, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi. Sedangkan skitar 530.000 lainnya melarikan diri ke negara tetangga seperti Mesir, Sudan Selatan, Chad, Ethiopia, Republik Afrika Tengah dan Libya, kata badan tersebut.

Sementara, Kelompok medis mengatakan jumlah korban bisa jauh lebih tinggi, mengingat mereka yang tewas atau terluka dalam bentrokan yang sedang berlangsung di Genena, ibu kota Provinsi Darfur Barat, tidak dapat dihitung. Rumah sakit kota tidak berfungsi sejak pertempuran meletus di sana pada Bulan April, kata kelompok itu.

Penduduk di seluruh provinsi di Sudan diketahui mengungsi. Khartoum di urutan teratas dengan sekitar 65 persen dari total jumlah orang yang mengungsi, diikuti oleh Darfur Barat dengan lebih dari 17 persen menurut IOM Displacement Tracking Matrix.

Di Genena, ibu kota provinsi Darfur Barat, RSF dan sekutu milisi Arab mengamuk di kota selama seminggu terakhir, membunuh dan melukai ratusan orang, menurut aktivis lokal dan pejabat PBB.

Aktivis dan warga di Genena melaporkan puluhan perempuan diserang secara seksual di dalam rumah mereka dan saat mencoba melarikan diri dari pertempuran. Hampir semua kasus pemerkosaan disalahkan pada RSF, yang tidak menanggapi permintaan komentar berulang kali.

Gubernur Provinsi Darfur Barat Khamis Abdalla Abkar menuduh RSF dan milisi sekutu menyerang komunitas lokal di seluruh Genena.

Dalam sebuah wawancara telepon pada Hari Rabu dengan stasiun televisi milik Arab Saudi Al-Hadath, dia mendesak masyarakat internasional untuk campur tangan guna melindungi warga sipil di provinsinya.

Beberapa jam setelah wawancaranya dengan stasiun televisi, Abkar diculik dan dibunuh, kata Mini Arko Minawi, gubernur wilayah Darfur. Tidak segera jelas bagaimana penculikan dan pembunuhan terhadap Abkar.

Rekaman video yang beredar di media sosial Rabu malam menunjukkan sekelompok pria bersenjata, beberapa mengenakan seragam RSF, menahan Abkar. Rekaman malam lainnya konon menunjukkan Abkar terbaring di tanah dengan luka di leher dan wajahnya. Suara tembakan terdengar serta orang-orang berteriak dalam bahasa Arab, "Ini gubernur,".

Terpisah, Utusan PBB di Sudan Volker Perthes mengatakan, pertempuran di Genena telah mengambil "dimensi etnis," dengan milisi Arab dan orang-orang bersenjata berseragam RSF menunjukkan "pola serangan bertarget skala besar yang muncul terhadap warga sipil berdasarkan identitas etnis mereka".

"Serangan semacam itu, jika diverifikasi, bisa menjadi kejahatan terhadap kemanusiaan," ujarnya memperingatkan.

Sedangkan Alice Wairimu Nderitu, penasihat khusus PBB untuk pencegahan genosida, juga mengutuk "kekerasan yang mengejutkan" di Genena. Dia memperingatkan dalam sebuah pernyataan, pertempuran seperti itu bisa berubah menjadi "kampanye baru pemerkosaan, pembunuhan, dan pembersihan etnis yang merupakan kejahatan yang kejam.