Bagikan:

JAKARTA - Gedung Putih mengatakan pertemuan berbahaya alutsista Amerika Serikat dan China di Selat Taiwan dan Laut China Selatan, mencerminkan agresivitas yang meningkat oleh militer Beijing yang meningkatkan risiko kesalahan di mana "seseorang terluka".

Peringatan tajam Washington mengikuti rilis video Angkatan Laut AS pada Hari Minggu, tentang apa yang disebutnya "interaksi tidak aman" di Selat Taiwan di mana sebuah kapal perang China menyeberang di depan kapal perusak AS di jalur air yang sensitif.

Insiden itu terjadi ketika kedua negara saling menyalahkan karena tidak mengadakan pembicaraan militer, dengan ketidaksepakatan antara saingan atas segala hal, mulai dari perdagangan dan Taiwan hingga invasi Rusia ke Ukraina yang dan dapat meningkatkan potensi konfrontasi di masa depan.

Ini juga menyusul insiden 26 Mei di mana jet tempur China melakukan apa yang disebut Amerika Serikat sebagai manuver "agresif yang tidak perlu" di dekat pesawat militer Amerika di atas Laut China Selatan di wilayah udara internasional.

"Sayangnya, ini hanya bagian dari, sekali lagi, agresivitas yang berkembang oleh RRC (Republik Rakyat China) yang sedang kami tangani, dan kami siap untuk mengatasinya," kata juru bicara Gedung Putih John Kirby, melansir Reuters 6 Juni.

"Tidak akan lama lagi seseorang akan terluka. Tidak perlu banyak kesalahan dalam penilaian atau kesalahan untuk dibuat," tandasnya.

Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan, "tindakan yang diambil oleh militer China sepenuhnya masuk akal, sah, profesional, dan aman," tuturnya.

Kirby mengatakan, Amerika Serikat akan terus membela kebebasan navigasi di udara dan laut.

"Saya yakin ingin mendengar Beijing membenarkan apa yang mereka lakukan. Pencegatan udara dan maritim terjadi setiap saat. Bahkan, kami juga melakukannya. Perbedaannya adalah ... ketika kami merasa perlu melakukannya, itu dilakukan secara profesional, terangnya"

Lebih lanjut Kirby mengatakan, jika China ingin menyampaikan pesan bahwa Amerika Serikat tidak diterima di wilayah tersebut atau ingin pesawat dan kapal Amerika Serikat berhenti terbang dan berlayar untuk mendukung hukum internasional, itu tidak akan berhasil.

"Itu tidak akan terjadi," tegas Kirby.

Terpisah, terlepas dari ketegangan yang meningkat, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan, Pemerintahan Presiden Joe Biden "ingin terus memiliki hubungan yang dapat diprediksi dengan RRT."

"Presiden Biden telah menjelaskan bahwa kami tidak mencari Perang Dingin baru apa pun, dan persaingan kami tidak boleh meluas ke dalam konflik," ujar Patel kepada wartawan.