Bagikan:

JAKARTA - Filipina akan membangun pulau-pulau di Laut Cina Selatan yang mereka anggap sebagai bagian dari wilayahnya, agar lebih layak huni bagi militer negara itu, kata Panglima Militer Filipina Jenderal Romeo Brawner Jr. Hari Senin.

Rencana tersebut muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Filipina dan Tiongkok, terkait klaim wilayah di Laut China Selatan dan saling bertukar tuduhan agresivitas di kawasan tersebut.

Selain Second Thomas Shoal, yang secara lokal dikenal sebagai Beting Ayungin, Filipina menempati delapan wilayah lain di Laut China Selatan dan menganggap sebagai bagian dari zona ekonomi eksklusifnya.

"Kami ingin meningkatkan kesembilan pulau tersebut, terutama pulau-pulau yang kami duduki," kata Jenderal Brawner setelah menghadiri pengarahan yang dipimpin oleh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., melansir Reuters 15 Januari.

Fitur-fiturnya termasuk Pulau Thitu, pulau terbesar dan paling strategis penting di Laut Cina Selatan. Dikenal secara lokal sebagai Pag-asa, Thitu terletak sekitar 300 mil (480 km) sebelah barat Provinsi Palawan, Filipina.

Lebih jauh ia mengatakan, militer ingin menghadirkan mesin desalinasi untuk tentara yang tinggal di kapal perang yang sengaja dikandaskan Filipina di Second Thomas Shoal pada tahun 1999 untuk menegaskan klaim kedaulatannya.

Yang juga termasuk dalam rencana modernisasi militer adalah akuisisi lebih banyak kapal, radar dan pesawat terbang, seiring Filipina mengalihkan fokusnya ke pertahanan teritorial dari pertahanan dalam negeri, kata Jenderal Brawner.

Diketahui, Selain Filipina, Brunei, Tiongkok, Malaysia, Taiwan dan Vietnam juga saling bersaing mengklaim kedaulatan di Laut China Selatan, yang merupakan jalur pengiriman barang senilai lebih dari 3 triliun dolar AS setiap tahunnya.