JAKARTA - Filipina sedang mempertimbangkan beberapa opsi untuk memperkuat posisinya di Second Thomas Shoal yang disengketakan di Laut Cina Selatan, termasuk mereparasi kapal perang yang sudah tidak berfungsi dan berkarat yang digunakannya sebagai pos militer, alih-alih meninggalkan kawasan itu seperti keinginan China.
"Semua tindakan untuk memperpanjang masa tinggal kami di sana sedang dipertimbangkan... salah satunya adalah perbaikan," ujar Laksamana Muda Alberto Carlos, kepala Komando Barat Filipina, dalam konferensi pers bersama dengan Panglima Militer Jenderal Romeo Brawner Jr., melansir Reuters 11 Agustus.
Kapal yang dimaksud adalah BRP Sierra Madre, kapal pendarat tank era Perang Dunia II, yang sengaja dikaramkan Filipina pada tahun 1999, sebagai bagian dari klaim kedaulatannya atas Second Thomas Shoal, yang terletak di dalam zona ekonomi eksklusifnya, dan merotasi sejumlah pasukan di kapal tersebut.
Tiongkok sebelumnya mendesak Filipina memenuhi "janji" untuk menarik kapal yang dikaramkan tersebut, sementara Manila membantah telah mencapai kesepakatan apa pun untuk meninggalkan kawasan yang disebut Beting Ayungin.
"Saya tidak mengetahui adanya pengaturan atau kesepakatan seperti itu, bahwa Filipina akan mengeluarkan kapalnya dari wilayahnya sendiri," kata Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dalam pernyataan video.
"Dan biarkan saya melangkah lebih jauh, jika memang ada perjanjian seperti itu, saya membatalkan perjanjian itu sekarang," tegas Presiden Marcos Jr.
Prioritas Filipina saat ini adalah melanjutkan rotasi dan misi pengisian ulang pasukannya di atol tersebut, yang kemungkinan besar akan berlangsung dalam dua minggu, kata Laksamana Muda Carlos.
"Ini adalah doa kami agar tidak ada insiden meriam air, tidak akan ada penerimaan yang kurang agresif dari pihak lain, terutama karena perhatian internasional yang ditimbulkan oleh insiden ini," ujarnya.
BACA JUGA:
Insiden yang melibatkan kapal-kapal China dan Filipina di kawasan tersebut terjadi beberapa kali. Terbaru, insiden terjadi ketika kapal penjaga pantai China menghadang kapal pasokan Filipina 5 Agustus lalu.
Diketahui, Filipina memenangkan putusan arbitrase internasional pada tahun 2016 terhadap klaim kedaulatan Laut Cina Selatan oleh Cina, setelah pengadilan memutuskan klaim luas Beijing tidak memiliki dasar hukum, termasuk di Second Thomas Shoal.
Sedangkan Tiongkok, yang tidak mengakui keputusan tersebut, telah membangun pulau-pulau buatan yang dimiliterisasi di Laut Cina Selatan dan klaim kedaulatan bersejarahnya tumpang tindih dengan ZEE Filipina, Vietnam, Malaysia hingga Brunei.