JAKARTA - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken pada Hari Senin menyerukan Arab Saudi dan Israel untuk menjalin hubungan, sesaat sebelum dia berangkat untuk perjalanan tiga hari ke Riyadh.
"Amerika Serikat memiliki kepentingan keamanan nasional yang nyata dalam mempromosikan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi," ujar Menlu Blinken kepada Komite Urusan Publik Amerika-Israel di Washington, melansir The National News 6 Juni.
Dia berjanji kepada kelompok lobi pro-Israel, dirinya akan memperjuangkan hal tersebut, selama melakukan kunjungan ke Riyadh.
"Kami tetap berkomitmen untuk bekerja menuju hasil itu, termasuk dalam perjalanan yang akan saya lakukan minggu ini ke Jeddah dan Riyadh," kata Menlu Blinken.
Israel diketahui telah lama berusaha menjalin hubungan dengan Arab Saudi. Tetapi, kerajaan itu mengatakan tidak akan menjalin hubungan formal sampai ada kemajuan dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
Menlu Blinken mengakui, normalisasi tidak akan terjadi "dengan cepat atau mudah', tetapi mengatakan Negeri Paman Sam akan bekerja keras untuk membantu mencapainya.
Meski demikian, dia memperingatkan proses itu tidak boleh mengorbankan kemajuan dengan Palestina.
"Upaya integrasi dan normalisasi bukanlah pengganti kemajuan antara Israel dan Palestina," jelas Menlu Blinken.
Terpisah, Hussain Abdul-Hussain, seorang peneliti di Yayasan Pertahanan Demokrasi, mengatakan, dengan menambahkan peringatan itu, kemungkinan pemerintah membuat langkah "taktis" untuk mencoba mendorong pergerakan antara Israel dan Palestina, yang telah berlawanan arah selama beberapa tahun.
Sebelumnya, AS membantu menengahi Abraham Accords, yang menormalkan hubungan antara Israel dengan UEA dan Bahrain pada September 2020. Maroko dan Sudan sejak itu bergabung.
Pemerintahan Biden telah mencoba memperluas Kesepakatan, yang ditandatangani di bawah mantan Presiden Donald Trump, tetapi belum mencapai kemenangan diplomatik yang penting di wilayah tersebut.
Menlu Blinken mengatakan, sejak Presiden Joe Biden menjabat, telah ada "kemajuan nyata" di Timur Tengah.
"Jika Anda melihat ke belakang selama setahun terakhir, Arab Saudi dan Oman membuka wilayah udara mereka untuk penerbangan sipil ke dan dari Israel," terangnya.
Blinken juga mengatakan, pembentukan I2U2, kemitraan strategis antara AS, UEA, Israel dan India, merupakan contoh lain dari upaya Presiden Biden di kawasan ini.
Kelompok ini bertujuan untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi dunia melalui investasi di berbagai industri dan sektor, termasuk air, energi, transportasi dan ketahanan pangan.
Kendati begitu, para kritikus menuduh Pemerintahan Presiden Biden mengabaikan Timur Tengah. Blinken berharap dapat meningkatkan hubungan dengan kawasan ini selama perjalanannya, yang akan mencakup menghadiri dialog Strategis AS-Saudi dan pertemuan GCC.
"Kita semua telah menyatakan bahwa ini adalah kemitraan strategis yang penting dan telah berlangsung selama 80 tahun," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby.
"Ini tidak berarti kami selalu setuju dengan Saudi dalam segala hal, atau mereka setuju dengan kami dalam segala hal," tandasnya.
Menlu Blinken diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat Arab Saudi selama berada di wilayah tersebut, termasuk Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan, yang akan menjadi tuan rumah pertemuan Koalisi Global untuk Mengalahkan ISIS.
Lawatannya ini dilakukan menyusul keputusan negara-negara anggota Opec+ untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak.
Diketahui, Arab Saudi, eksportir minyak mentah terbesar di dunia, akan melakukan pemangkasan produksi sukarela sebesar 1 juta barel per hari pada Bulan Juli.
BACA JUGA:
Langkah ini telah menimbulkan kekhawatiran di AS, harga bensin akan melonjak ketika warga bepergian untuk liburan musim panas.
Meski demikian, Departemen Luar Negeri mengecilkan waktu pemangkasan minyak.
"Kami percaya bahwa suplai harus memenuhi permintaan dan kami akan terus bekerja sama dengan semua produsen dan konsumen, untuk memastikan bahwa pasar energi mendukung pertumbuhan ekonomi dan menurunkan harga-harga untuk keluarga-keluarga Amerika," sebut juru bicara Departemen Luar Negeri Vedant Patel.