JAKARTA - Otoritas Riyadh pada Hari Rabu menegaskan, Arab Saudi tidak akan memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, tanpa adanya pembentukan Negara Palestina yang merdeka.
"Kerajaan telah mengkomunikasikan posisi tegasnya kepada Pemerintah AS, tidak akan ada hubungan diplomatik dengan Israel kecuali Negara Palestina merdeka diakui di perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya," kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan, melansir CNN 7 Februari.
Syarat lainnya adalah, "Agresi Israel di Jalur Gaza terhenti dan semua pasukan pendudukan Israel mundur dari Jalur Gaza," lanjut pernyataan kementerian tersebut.
Diketahui, sebagian besar negara-negara Arab dan Islam tidak mengakui Israel, dengan pembentukan Negara Palestina adalah sikap lama Arab Saudi.
Beberapa minggu sebelum Hamas melancarkan serangannya ke selatan Israel pada 7 Oktober, Riyadh mengatakan semakin dekat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara Yahudi tersebut.
Para ahli mengatakan, 'harga' yang diminta Arab Saudi sebagai imbalan atas normalisasi saat ini akan lebih tinggi dibandingkan sebelum perang Gaza, karena Riyadh mungkin merasa terdorong untuk mendapatkan lebih banyak konsesi dari Amerika Serikat dan Israel.
Diketahui, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken yang tengah melakukan perjalanan ke Timur Tengah pekan ini, mengawalinya dengan berkunjung ke Arab Saudi, bertemu dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Pada Hari Selasa, Menlu Blinken mengatakan, Arab Saudi masih memiliki "keinginan kuat" untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.
Di Hari yang sama, juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan, Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menerima tanggapan positif terkait keinginan Arab Saudi dan Israel bersedia untuk terus melakukan diskusi normalisasi, dikutip dari Reuters.
BACA JUGA:
Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan pernyataan tersebut untuk menegaskan sikap teguhnya terhadap Washington mengenai masalah Palestina, sehubungan dengan komentar yang dikaitkan dengan Kirby.
Sebelumnya, gagasan Israel dan Arab Saudi untuk secara resmi mempererat hubungan telah menjadi perbincangan, sejak Riyadh memberikan persetujuan diam-diam kepada negara tetangga di Teluk, Uni Emirat Arab dan Bahrain, yang menjalin hubungan dengan Israel pada tahun 2020.