Menlu Retno soal Kemerdekaan Palestina: Banyak Resolusi Dihasilkan, Kalau Implementasinya Sesuai Dunia Tak Seperti Ini
Warga Palestina ditahan polisi Israel di kawasan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur, Rabu Mei 2021. (Antara-Reuters-Ammar Awad)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia mendesak negara-negara anggota PBB untuk segera mengimplementasikan berbagai resolusi yang dihasilkan badan dunia tersebut guna menyelesaikan isu Palestina.

Desakan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York, AS, pada Sabtu 23 September. Hal itu sekaligus untuk menegaskan dukungan Indonesia untuk kemerdekaan bangsa Palestina.

“Parameter-parameter itu sudah disepakati di dalam PBB, sehingga yang saya tanyakan kepada anggota PBB adalah bagaimana kita melaksanakan semua resolusi yang ada,” kata Retno ketika menyampaikan keterangan pers secara daring melalui YouTube Kemlu RI, disitat Antara.

“Banyak sekali resolusi yang dihasilkan, dan kalau implementasinya sesuai dengan resolusi-resolusi tersebut maka situasi dunia tidak akan seperti ini,” sambungnya.

Retno pun menegaskan dukungan bagi Palestina terus disuarakan Indonesia dalam forum Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Saya mendorong agar OKI dan negara-negara anggotanya terus mendukung Palestina,” tutur dia.

Isu Palestina menjadi salah satu masalah yang paling disoroti dalam Sidang Umum PBB tahun ini, menyusul rencana normalisasi hubungan Israel-Arab Saudi.

Selama berbulan-bulan, kedua negara telah membahas kesepakatan untuk menormalisasi hubungan diplomatik, yang ditengahi oleh AS.

Normalisasi hubungan dengan Arab Saudi sangat diinginkan oleh Israel dan AS, karena status negara anggota OKI itu sebagai pemimpin dunia Arab dan dunia Islam.

Namun, Kerajaan Saudi menandaskan bahwa kesepakatan apa pun menyangkut hubungan diplomatik dengan Israel harus dibarengi dengan pembentukan Negara Palestina.

Sebelumnya, sejumlah negara Arab telah menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel yaitu Uni Emirat Arab, Sudan, Bahrain dan Maroko.

Normalisasi hubungan negara-negara Arab tersebut dengan Israel dikecam Palestina karena dianggap sebagai agresi dan pengabaian hak Palestina, terutama soal Yerusalem dan kemerdekaan negara Palestina sesuai perbatasan Juni 1967.