Bagikan:

JAKARTA -  Menteri Kerja Sama Regional Israel, Esawi Freij, pada Sabtu 16, Juli berharap bahwa warga minoritas Muslim di negaranya dapat terbang langsung ke Arab Saudi untuk menjalankan ibadah haji tahun depan.

Harapan itu dikemukakan  setelah Arab Saudi mengisyaratkan keterbukaan baru saat menjamu Presiden AS Joe Biden.

Pada Jumat, Riyadh mengatakan wilayah udaranya akan terbuka untuk semua maskapai - termasuk perpanjangan de facto hak terbang untuk pesawat Israel, yang sebelumnya hanya untuk tujuan ke Teluk dan berbagai rute ke Asia.

Menurut Freij, keputusan Saudi menunjukkan upaya yang didorong AS agar berbagai negara menjalin hubungan yang lebih normal "menuju tahap yang sangat maju" yang dapat "mengubah mimpi menjadi kenyataan" bagi para Muslim seperti dirinya.

"Saya percaya bahwa, dalam setahun, warga Muslim Israel akan dapat terbang dari Ben Gurion (bandara dekat Tel Aviv) ke Jeddah dan dari sana ke Makkah untuk menjalankan ibadah haji," kata Freij kepada stasiun penyiar publik, Kan.

Namun dia menolak untuk mengungkapkan dasar dari prediksi tersebut. Begitu dari Riyadh, Juga tidak ada komentar.

Pekan lalu, Freij mengatakan dia telah meminta Arab Saudi untuk mengizinkan penerbangan langsung Tel Aviv-Jeddah bagi jamaah calon haji. Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters pada Kamis, 14 Juli, bahwa izin tersebut sedang diusahakan.

Freij mengatakan, Arab Saudi sebenarnya telah lama menerima jamaah calon haji dari Israel, tetapi mereka harus melakukan perjalanan melalui negara ketiga dengan biaya sekitar 11.500 dolar AS (sekitar Rp172 juta) untuk perjalanan selama seminggu.

Sementara jamaah calon haji dari negara-negara tetangga Arab Saudi hanya membayar sekitar setengah dari jumlah tersebut.

Arab Saudi, negara tempat kelahiran Islam, tidak mengakui Israel, dan mengatakan bahwa mereka harus menyelesaikan dulu masalah Palestina terlebih dahulu.