Bagikan:

JAKARTA - Jika tidak ada aral melintang, utusan khusus China akan menyambangi sejumlah negara Eropa, termasuk Rusia dan Ukraina, mulai Senin pekan depan, diplomat tertinggi negara itu sejak pecah perang Kyiv dan Moskow, sebut Beijing dalam keterangan Hari Jumat.

Dari Ukraina sampai Timur Tengah, Beijing dalam beberapa bulan terakhir telah berusaha memposisikan diri sebagai mediator dengan peran utama dalam menyelesaikan krisis-krisis dunia.

Dalam pengumumannya, Beijing mengatakan, Li Hui - Duta Besar China untuk Rusia dari 2009 hingga 2019 - akan memimpin sebuah delegasi ke Ukraina.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan dalam konferensi pers reguler Hari Jumat, tujuan perjalanan Li ke Ukraina, Polandia, Perancis, Jerman dan Rusia untuk "berkomunikasi dengan semua pihak dalam penyelesaian politik krisis Ukraina".

"Lawatan Li menunjukkan "komitmen China untuk mempromosikan perdamaian dan pembicaraan. Ini sepenuhnya menunjukkan bahwa China dengan tegas berdiri di sisi perdamaian," ujar Wang, melansir CNA 12 Mei.

"China bersedia untuk terus memainkan peran konstruktif dalam membangun lebih banyak konsensus internasional mengenai gencatan senjata, penghentian perang, pembukaan perundingan perdamaian dan penghindaran eskalasi situasi," tambahnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri China Qin Gang yang saat ini berada di Norwegia, mengatakan: "Kami semua mengkhawatirkan situasi ini dan kami semua menyerukan perdamaian dan solusi politik, yang mana China mendukung dan telah menyerukannya sejak hari pertama pecahnya konflik."

Namun, pemilihan Li, perwakilan khusus pemerintah Tiongkok untuk Urusan Eurasia, telah membuat banyak orang terheran-heran. Sesaat sebelum meninggalkan Moskow sebagai duta besar, ia dianugerahi medali 'Order of Friendship' oleh Presiden Vladimir Putin.

Lebih dari setahun setelah perang, Presiden Cina Xi Jinping berbicara dengan rekannya dari Ukraina, Volodymyr Zelensky, melalui telepon bulan lalu. Itu dinilai sebagai "panjang dan penuh makna", menyusul proposal 12 poin dari Beijing tentang konflik Ukraina, menyerukan dialog dan penghormatan terhadap kedaulatan teritorial semua negara.

Meski dikritik oleh negara-negara Barat, proposal itu mendorong Presiden Zelensky mengatakan terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Xi.

Kendati mengatakan mereka adalah pihak yang netral dalam perang Ukraina, China dikritik karena menolak untuk mengutuk Moskow atas invasi tersebut.