JAKARTA - Partai Golkar menanggapi sikap PPP yang pesimis akan terbentuknya koalisi besar yang menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
"Kita jangan dulu pesimis atas terbentuknya koalisi besar ini," ujar Ketua DPP Golkar Ace Hasan Syadzily, kepada wartawan, Rabu, 12 April.
Sebab menurut Ace, komunikasi diantara ketua umum parpol yang menggagas koalisi besar terus intensif dilakukan. Baik di internal KIB maupun dengan ketua umum di KKIR.
"Komunikasi antara ketua umum partai Golkar dan para ketua umum di internal KIB sangat baik, juga antara KIB dengan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR) juga sangat intens," ungkap Ace.
Bahkan, lanjut ketua DPD Golkar Jawa Barat itu, Airlangga sering bertemu dengan Prabowo untuk membahas koalisi besar. Terbaru, keduanya menggelar pertemuan di kantor Kementerian Pertemanan kemarin.
"Pak Airlangga telah intens bertemu dengan Pak Prabowo. Banyak hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut, termasuk soal ide koalisi besar ini," kata Ace.
Sebelumnya, Ketum PAN Zulkifli Hasan juga sudah lebih dulu menyambangi Prabowo di kediamannya di Kertanegara. Pertemuan itu juga membahas tindaklanjut dari wacana koalisi besar yang diberi nama Koalisi Kebangsaan.
Oleh karena itu, Ace meminta PPP tak meragukan wacana pembentukan koalisi besar. Sebab kata dia, masing-masing ketum dari poros KIB dan KKIR memiliki komitmen kuat dalam membangun koalisi besar.
"Jadi, jangan pesimis. Masing-masing ketua umum parpol dua koalisi ini memiliki komitmen yang kuat untuk menyatukan persepsi dalam membangun koalisi besar," kata Ace.
Sebelumnya, Ketua DPP PPP Achmad Baidowi mengaku pesimis koalisi besar gabungan KIB dan KKIR bakal terbentuk. Sebab menurutnya, ada banyak persoalan mulai dari belum adanya kesepakatan di dalam masing-masing koalisi hingga sulitnya menentukan calon presiden (capres).
"Saya enggak yakin (koalisi besar terbentuk, red), kenapa? Ada problem," ujar Awiek, Rabu, 12 April.
Awiek lantas mengurai persoalan sulitnya kesepakatan di koalisi besar. Pertama, KIB yang beranggotakan Golkar, PAN dan PPP belum bertemu untuk membahas wacana tersebut. Menurutnya, KIB belum tentu bersepakat gabung dengan koalisi KIR yang dibentuk Gerindra dan PKB.
Selain itu, lanjutnya, saat silaturahmi di markas PAN sebetulnya mengundang PDIP, namun ketua umum tidak bisa hadir. Awiek meyakini, Presiden Jokowi yang mengetahui gagasan koalisi besar tentu tidak akan meninggalkan PDIP.
Kemudian kedua, soal penentuan capres dan cawapres. Pasalnya, masing-masing partai mencalonkan satu nama untuk dijagokan pada Pilpres 2024. Disisi lain, nama-nama capres yang diusulkan tersebut belum disepakati di internal koalisi masing-masing.
Diketahui, untuk KIB sendiri, nama-nama yang muncul adalah ketua umum Golkar Airlangga Hartarto, sedangkan PAN merekomendasikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atau Menteri BUMN Erick Thohir.
Sementara di koalisi KIR, sama-sama memandatkan ketua umumnya. Yakni, Gerindra mencapreskan Prabowo Subianto, dan PKB mengusung Muhaimin Iskandar atau Cak Imin.
"Jadi saya enggak bisa membayangkan kalau KIB dengan KIR, siapa capresnya?," kata Awiek.
"Kita hormati Pak Airlangga capres hasil munas, emang mau munas lagi untuk menggugurkan capresnya Pak Airlangga? Itu internal Golkar. Prabowo capres Gerinda, PAN mengusung Ganjar rakernasnya Erick. Sudah ada tiga capres. Ini sesuatu yang hitung-hitungan politik enggak mungkin," tambah anggota Komisi VI DPR itu.
Belum lagi di internal PPP yang juga akan mengusulkan nama, meskipun sementara ini masih menjaring tokoh-tokoh potensial seperti Sandiaga Uno. Kalaupun Sandiaga yang diajukan PPP sebagai capres ataupun cawapres, kata Awiek, itu juga sulit karena tidak mungkin dipasangkan dengan Prabowo apalagi dengan Bacapres Koalisi Perubahan, Anies Baswedan.
BACA JUGA:
"Kalau Pak Sandi di Gerindra kan enggak bisa, mau ngulang Prabowo-Sandi? Itu impossible. Anies-Sandi sesuatu yang kecil kemungkinannya," katanya.