Danrem 172/PWY Sebut KKB Papua Terus Menebar Propaganda Usai Manyandera Pilot Susi Air
Danrem 172/PWY Brigjen TNI JO Sembiring didampingi Kasatgas Gakkum Kombes Era dinata saat beri keterangan pers di Timika, Senin. (ANTARA)

Bagikan:

PAPUA -  Komandan Korem (danrem) 172/PWY Brigjen JO Sembiring mengaku KKB Papua terus memunculkan narasi minta operasi militer dihentikan usai menyandera pilot Susi Air, Philip. Sembiring mengajak masyarakat Papua untuk tak terjebak dengan narasi yang disampaikan itu.

"Apa yang disampaikan itu adalah propaganda," tegas JO Sembiring di Timika, dikutip dari Antara, Senin, 10 April. 

Danrem 172 yang menjabat sebagai Komandan Kolakops TNI yang memimpin operasi pencarian pilot Susi Air mengakui pencarian terhadap keberadaan pilot Philip terus dilakukan.

Dalam melaksanakan operasi pembebasan, TNI dan Polri lebih mengutamakan keselamatan pilot.

"Memang dalam melaksanakan operasi pembebasan sandera yang merupakan pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru dilakukan secara smart approach," terang dia. 

Operasi smart approach merupakan kombinasi dari hard approach dan soft approach dalam rangka mendukung penegakan hukum.

Secara umum situasi keamanan di Papua relatif kondusif, walaupun ada beberapa wilayah terjadi gangguan keamanan dari gerombolan kelompok bersenjata. Karena itu kehadiran aparat keamanan diperlukan untuk menjaga keselamatan masyarakat dan meyakinkan pembangunan secara nasional di Papua tetap berjalan.

"Mari kita bersama-sama membangun Papua bersama-sama sehingga apa yang kita harapkan yaitu Papua sejahtera, aman dan damai benar-benar dirasakan dan dinikmati masyarakat ," ujarnya berharap.

Sembiring juga meminta agar masyarakat tidak takut untuk melaporkan keberadaan KKB.

Laporkan ke aparat keamanan di wilayah masing-masing, bisa menggunakan radio, misalnya, SSB yang ada di kampung atau distrik.

"Terima kasih disampaikan kepada masyarakat yang telah berani melaporkan terkait keberadaan para pelaku teror sehingga dapat dikembangkan oleh tim gabungan dengan mendapatkan hasil amunisi, senjata, peralatan komunikasi dan dokumen-dokumen," terangnya.