Bagikan:

JAKARTA - Eks anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Stadion Kanjuruhan Laode M Syarif angkat bicara terkait ramai-ramai Timnas Indonesia U20 pakai pita hitam.

Upaya simbolis itu menyusul Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U20 2023. Garuda Muda akhirnya batal ikut turnamen itu lantaran bukan jalur lolos penyisihan yang hanya bisa main jika jadi tuan rumah.

"Pada saat terjadi Tragedi Kanjuruhan @PSSI bahkan main Fun Football dengan Presiden @FIFAcom. Atlet malah diam seribu bahasa," kata Laode dalam akun Twitternya dan sudah memberi izin dikutip, Jumat 31 Maret.

Laode melanjutkan, TGIPF bentukan pemerintah untuk menyelesaikan Tragedi Kanjuruhan yang memakan korban 135 jiwa meninggal melahirkan sejumlah rekomendasi agar kejadian tidak terulang dan UU berikut aturan FIFA terus ditegakan di laga sepak bola nasional. Namun, kenyataan mengatakan sebaliknya.

"Dan rekomendasi @TGIPF_Malang tidak dijalankan," ujar Laode.

Kepada VOI, Laode menjelaskan secara singkat rekomendasi TGIPF untuk Tragedi Kanjuruhan yang tidak dijalankan stakeholder terkait. Salah satunya tidak ada tindak lanjut dari PSSI untuk merevisi statuta dan peraturan PSSI terkait Exco PSSI dilarang memiliki jabatan di klub Liga 1, Liga 2 maupun Liga 3.

"Tidak mengundurkan diri. Tidak merevisi Statuta PSSI yang menimbulkan benturan kepentingan, contoh: Exco tapi pemilik club, dll," kata Laode dalam pesan singkat.

Adapun usai Garuda Muda gagal ikut Piala Dunia U20 2023 imbas turnamen itu gagal digelar di Indonesia berbuntut aksi pakai pita hitam.

Para pemain Timnas Indonesia U20 ramai-ramai pakai pita hitam sebagai simbol duka. Dokumentasi aksi mereka juga diunggah dalam bentuk foto di akun Twitter resmi PSSI.

"Pita hitam yang tersimpul di lengan kiri para pemain tim U20 Indonesia, menjadi simbol duka atas batalnya penggawa Garuda Nusantara berlaga di Piala Dunia U20," tulis keterangan unggahan itu.