Bagikan:

JAKARTA — Kegiatan fun football yang dilakukan Presiden FIFA Gianni Infantino bersama Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan menuai banyak kecaman. Kedua petinggi itu dianggap tidak punya nurani sama sekali saat keluarga korban Tragedi Kanjuruhan masih digelayuti duka.

Anggota Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF)Tragedi Kanjuruhan Laode M Syarif dan Anton Sanjoyo juga ikut mengutuk kegiatan tersebut. Boleh diibarat, fun football yang digelar di Stadion Madya pada Selasa, 18 Oktober malam, seperti menari di atas pusara korban.

"Kaisar @FIFAcom @FIFANTINO dan @PSSI @iriawan84 MENARI DI ATAS PUSARA YANG MASIH BASAH dari 133 korban Kanjuruhan. #FunFootball. Tolong berempati dan bertanggung jawab. Dimana hati-pikiran-dan jiwamu?" tulis Laode, di akun Twitter miliknya.

Kecaman itu mulai berdatangan setelah akun Twitter PSSI mengunggah foto kegiatan yang dimaksud. Mirisnya, di dalam foto itu, Infantino dan Iriawan tampak semringah bersama Direktur Teknik Indra Sjafri dan juga Sekjen PSSI Yunus Nusi.

Unggahan itu langsung memantik kemarahan luas dari warganet, yang ramai-ramai dengan berani mengeluarkan kata-kata kasar. Menurut Yunus Nusi, kegiatan itu digelar mengikuti inisiasi dari Infantino.

Fun football itu, kata Yunus, dilaksanakan sebagai simbol harapan sepak bola nasional tidak berhenti total setelah kejadian di Stadion Kanjuruhan, Malang, yang menewaskan 133 orang dan membuat ratusan lainnya dirawat di rumah sakit.

Anton dalam status di Facebook pribadinya mengatakan bahwa FIFA dan PSSI seolah-olah tidak sedang dililit masalah yang serius sehingga bisa dengan begitu gembiranya mengadakan kegiatan senang-senang.

"Entah apa yang ada di dalam hati dan pikiran para petinggi sepak bola ini. Kuburan para korban Tragedi Kanjuruhan belum lagi kering dan seolah tidak terjadi apa pun. Sungguh memalukan," tulis Anton.

Tragedi Kanjuruhan terjadi pada 1 Oktober lalu usai pertandingan Arema menjamu rival mereka Persebaya Surabaya. Lebih dari 40 anak-anak termasuk di antara korban yang tewas dalam kejadian paling mematikan dalam sejarah sepak bola itu.

TGIPF dalam laporan ke Presiden Joko Widodo pada 14 Oktober lalu menyebut bahwa penyebab jatuhnya ratusan korban adalah penembakan gas air mata yang dilakukan oleh polisi untuk mengusir suporter yang menginvasi lapangan.

Kejadian ini membuat Infantino datang ke Indonesia pada Selasa, 18 Oktober kemarin. Ia diterima Presiden di Istana Negara, Jakarta, untuk membahas rencana lanjutan transformasi sepak bola Indonesia pasca tragedi.

Di pertemuan itu, keduanya sepakat akan meningkatkan keamanan pertandingan untuk menghindari terulangnya kejadian yang sama. Joko Widodo juga memastikan akan merobohkan Stadion Kanjuruhan dan membangun ulang.