Bagikan:

JAKARTA - China akan meningkatkan anggaran pertahanan sebesar 7,2 persen tahun ini, sedikit melampaui kenaikan tahun lalu dan lebih tinggi dari perkiraan pertumbuhan ekonomi pemerintah, karena Perdana Menteri Li Keqiang meminta angkatan bersenjata untuk meningkatkan kesiapan tempur.

Anggaran nasional yang dirilis pada Hari Minggu menunjukkan 1,55 triliun yuan (224 miliar dolar AS) dialokasikan untuk pengeluaran militer.

Anggaran pertahanan akan diawasi ketat oleh tetangga China dan Amerika Serikat, yang prihatin dengan niat strategis Beijing dan pengembangan militernya, terutama karena ketegangan meningkat dalam beberapa tahun terakhir terkait Taiwan.

Dalam laporan kerjanya untuk sidang tahunan parlemen PM Li mengatakan, operasi militer, pembangunan kapasitas dan kesiapsiagaan tempur harus "terkoordinasi dengan baik dalam memenuhi tugas-tugas utama".

"Angkatan bersenjata kita, dengan fokus pada tujuan peringatan seratus tahun Tentara Pembebasan Rakyat pada tahun 2027, harus bekerja untuk melakukan operasi militer, meningkatkan kesiapan tempur dan meningkatkan kemampuan militer," katanya dalam pidato kenegaraan di hadapan anggota legislatif, dilansir dari Reuters 6 Maret.

Kenaikan belanja pertahanan tahun ini menandai kenaikan satu digit kedelapan berturut-turut. Seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak ada rincian pengeluaran yang diberikan, hanya jumlah keseluruhan dan tingkat kenaikannya.

Peningkatan pengeluaran melampaui pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sekitar 5 persen, yang sedikit di bawah target tahun lalu karena ekonomi terbesar kedua di dunia menghadapi tantangan domestik.

Beijing gelisah dengan tantangan di garis depan mulai dari Taiwan yang diklaim China hingga misi angkatan laut dan udara AS di Laut China Selatan yang disengketakan di dekat pulau-pulau yang diduduki China.

militer china
Ilustrasi militer China. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/The Presidential Press and Information Office)

China menggelar latihan perang di dekat Taiwan Agustus lalu untuk mengungkapkan kemarahan atas kunjungan Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, ke Taipei.

Li Mingjiang, associate professor di S. Rajaratnam School of International Studies di Singapura, mengatakan pengeluaran pertahanan yang melampaui perkiraan pertumbuhan ekonomi menunjukkan China mengantisipasi menghadapi tekanan yang lebih besar dalam lingkungan keamanan eksternalnya, terutama dari Amerika Serikat dan masalah Taiwan.

"Pemimpin China jelas mengintensifkan upaya mempersiapkan negara secara militer untuk menghadapi semua potensi tantangan keamanan, termasuk situasi tak terduga," terangnya.

China, dengan personel militer terbesar di dunia, sibuk menambahkan perangkat keras baru, termasuk kapal induk dan pesawat tempur siluman.

Beijing mengatakan pengeluaran militernya untuk tujuan pertahanan adalah persentase yang relatif rendah dari PDB-nya dan para kritikus ingin menjelekkannya sebagai ancaman bagi perdamaian dunia.

"Angkatan bersenjata harus mengintensifkan pelatihan dan kesiapan militer secara menyeluruh, mengembangkan panduan strategis militer baru, mencurahkan energi yang lebih besar untuk pelatihan dalam kondisi pertempuran dan melakukan upaya terkoordinasi dengan baik untuk memperkuat kerja militer di semua arah dan wilayah," jelas Perdana Menteri Li.

Sementara itu, Takashi Kawakami, seorang profesor Universitas Takushoku di Tokyo, mengatakan China mungkin akan memprioritaskan kemampuan nuklirnya.

"Saat China memperkuat area baru perang kognitif atas Taiwan, saya pikir itu juga akan menggunakan anggaran untuk membangun kemampuan siber dan ruang angkasa, serta pasukan kapal selamnya untuk menargetkan kabel bawah laut," katanya.

Anggaran pertahanan China yang dilaporkan pada tahun 2023 adalah sekitar seperempat dari pengeluaran AS yang diusulkan, meskipun banyak diplomat dan pakar asing yakin Beijing tidak melaporkan jumlah sebenarnya.

Anggaran pertahanan AS tahun fiskal 2023 mengesahkan 858 miliar dolar AS untuk pengeluaran militer dan termasuk pendanaan untuk pembelian senjata, kapal dan pesawat terbang, serta dukungan untuk Taiwan dan Ukraina saat berperang melawan invasi Rusia.

China telah lama berargumen bahwa mereka perlu menutup kesenjangan dengan Amerika Serikat. China, misalnya, memiliki tiga kapal induk, dibandingkan dengan 11 kapal induk yang beroperasi aktif untuk Amerika Serikat.