JAKARTA - Masih berusia 19 tahun, remaja wanita 19 tahun ini menarik perhatian otoritas Rusia, sehingga memasukannya ke daftar teroris, memasangi pelacak, menjeratnya dengan ancaman hukuman penjara, karena mengkritik perang.
Namanya Olesya Krivtsova. Ia memiliki tato anti-Presiden Putin di satu pergelangan kakinya. Sementara, pergelangan kaki lainnya dipasangi gelang yang melacak setiap pergerakannya.
Gadis asal wilayah Arkhangelsk, Rusia itu harus memakai perangkat tersebut, saat dia berada di bawah tahanan rumah setelah didakwa terkait unggahan media sosial yang menurut pihak berwenang, mendiskreditkan tentara Rusia dan membenarkan terorisme.
Pejabat Rusia menambahkan Krivtsova ke daftar teroris dan ekstremis, setara dengan ISIS, al Qaeda hingga Taliban, karena mengunggah story Instagram tentang ledakan di jembatan Krimea pada Bulan Oktober, serta mengkritik Rusia karena menginvasi Ukraina.
Krivtsova yang merupakan mahasiswa di Universitas Federal Utara (Arktik) di kota barat laut Arkhangelsk, juga menghadapi tuntutan pidana karena mendiskreditkan tentara Rusia karena membuat postingan ulang yang diduga kritis mengenai perang, dalam obrolan siswa di jejaring sosial Rusia VK.
Saat ini, Krivtsova menjalani tahanan rumah di apartemen ibunya di Severodvinsk, wilayah Arkhangelsk. Ia dilarang online dan menggunakan bentuk komunikasi lainnya.
"Kasus Olesya bukan yang pertama, juga bukan yang terakhir," jelas Alexei Kichin, pengacara Krivtsova, kepada CNN, seperti dilansir 30 Januari.
"รัสเซีย" ขึ้นบัญชี "Olesya Krivtsova" วัยรุ่น19ปีอยู่ในรายชื่อผู้ก่อการร้าย-กลุ่มหัวรุนแรง หลังจากเธอโพสต์โซเชียลวิจารณ์สงครามรัสเซียในยูเครน
ล่าสุดถูกกักบริเวณในอะพาร์ตเมนต์แม่ของเธอทางตะวันตกเฉียงเหนือของรัสเซีย โดยติดเครื่องติดตามตัวที่ข้อเท้า-ถูกสั่งห้ามใช้โซเชียลมีเดีย(1) pic.twitter.com/rUKuRXffwR
— 🇹🇭Ging.PPTV36.IN.TH🇮🇳 (@Phattheera_Ging) January 30, 2023
Kichin mengatakan, remaja itu mungkin menghadapi hukuman tiga tahun penjara karena mendiskreditkan tentara Rusia dan hingga tujuh tahun penjara berdasarkan pasal pembenaran terorisme. Namun, pembelaan hukum Krivtsova mengharapkan hukuman yang lebih ringan seperti denda.
Pemantau hak asasi manusia independen OVD-Info mengatakan, setidaknya 61 kasus dimulai di Rusia pada tahun 2022 atas tuduhan pembenaran terorisme di internet, dengan 26 kasus mengarah ke hukuman sejauh ini.
Sementara itu, ibunda Olesya, Natalya Krivtsova mengatakan, pemerintah berusaha memberikan peringatan kepada publik, dengan putrinya "dicambuk di depan umum" karena tidak menyimpan pandangannya untuk dirinya sendiri.
"Kami tinggal di wilayah Arkhangelsk dan ini adalah wilayah yang luas, tetapi terlalu jauh dari pusat. Tidak ada lagi protes di Arkhangelsk, jadi mereka mencoba mencekik semua yang tersisa di tahap awal," ujar Natalya Krivtsova.
Kepala Partai Komunis setempat, Alexander Novikov, secara terbuka mengejek remaja itu di televisi negara, menyebutnya bodoh yang harus dikirim ke garis depan di wilayah Donbas timur Ukraina, sehingga dia bisa "menatap mata" pertempuran militer sebagai bagian dari batalion Arkhangelsk.
Ini bukan 'pertemuan' pertama Olesya Krivtsova dengan pihak berwenang karena menyiarkan pandangannya secara terbuka. Mei lalu, dia menghadapi tuntutan administratif karena mendiskreditkan tentara Rusia dengan menyebarkan poster anti-perang.
Masalah menjadi lebih serius ketika dia dituduh mendiskreditkan tentara Rusia di media sosial Oktober lalu. Menurut pengacara Krivtsova, pelanggaran berulang berdasarkan pasal yang sama berubah menjadi kasus pidana.
"Dia memiliki rasa keadilan yang tinggi, yang membuat hidupnya sulit. Ketidakmampuan untuk tetap diam sekarang menjadi dosa besar di Federasi Rusia," tukas ibunya.
Menurut Natalya Krivtsova, polisi menggerebek sebuah apartemen pada 26 Desember di mana putrinya tinggal bersama suaminya Ilya, memaksa anak-anak muda itu untuk berbaring telungkup di tanah dan diduga mengancam mereka dengan palu godam, yang menurut petugas adalah dari Grup Wagner, kontraktor militer swasta yang dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin.
BACA JUGA:
"Olesya sangat ketakutan karena dia melihat video, di mana seorang tahanan dibunuh dengan palu godam," ungkap sang ibunda.
Dalam video terkenal yang dirujuk oleh Natalya Krivtsova, tentara bayaran dari Grup Wagner, yang secara aktif merekrut para tahanan, tampaknya mengeksekusi seorang mantan narapidana, Yevgeny Nuzhin, dengan palu godam setelah dia berusaha melarikan diri. Deskripsi video mengatakan: "Pengkhianat menerima hukuman tradisional Wagnerian primordial."
"Negara memiliki beberapa kebijakan aneh: tahanan pergi berperang, dan anak-anak masuk penjara," tandasnya.