Bagikan:

JAKARTA - Ratusan warga sipil Ukraina telah dipenjara secara tidak sah di Rusia. Yang beruntung digunakan sebagai alat tawar-menawar dalam pertukaran tahanan.

Pekan lalu, 108 wanita, termasuk 12 warga sipil, dibebaskan dari penjara di Rusia sebagai bagian dari pertukaran tahanan. Dan ini adalah kisa pilu dari mereka.

Dikutip dari CNN, Sabtu 22 Oktober, beberapa dari wanita Ukraina ini merasakan penganiayaan brutal dari para penculik. Ini termasuk penyiksaan dengan sengatan listrik.

Kantor berita negara Ukraina Ukrinform mewawancarai salah satu dari mereka – diidentifikasi sebagai Hanna O berusia 26 tahun, dan pernah bertugas di Brigade Marinir ke-36.

"Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” kata Hanna O yang menghabiskan lebih dari enam bulan di penjara.

“Mereka memukuli gadis-gadis, mereka menyiksa gadis-gadis dengan arus listrik, memukuli mereka dengan palu, itu hal yang paling ringan," lanjutnya.

“Mereka yang memiliki tato… mereka ingin memotong tangan kami, memotong tato, melepuh kami dengan air mendidih hanya karena Anda ada di sana, karena Anda bersama marinir, karena Anda berbicara bahasa Ukraina,” katanya.

Padahal Hukum internasional jelas bahwa warga sipil harus diperlakukan sebagai orang yang dilindungi dan tidak dapat ditahan sebagai tawanan perang. Tindakan pemindahan paksa warga sipil Ukraina ke negara lain adalah kejahatan perang.

Menurut Laporan Human Rights Watch pada bulan Juli, hukum humaniter internasional juga melarang penyanderaan. Menahan warga sipil untuk tujuan menggunakannya dalam pertukaran tahanan di masa depan akan merupakan kejahatan perang penyanderaan.